BATAM, KOMPAS.com - Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan SKK Migas, Supriono menegeaskan bahwa Indonesia tidak lagi negara kaya minyak dan gas (migas). Bahkan sebaliknya, Indonesia mengalami krisis migas.
Dia mengatakan, kebutuhan konsumsi minyak dalam negeri saat ini adalah 1,6 juta barel per hari (BOPD), sedangkan produksi minyak di Indonesia rata-rata mencapai 800.000 barel per hari.
"Bisa dibayangkan begitu besar impor minyak yang kita lakukan, yang dirata-ratakan sekitar 800.000, bahkan bisa lebih karena sebagian minyak kita diekspor keluar karena tidak bisa dilakukan pengeloaan di dalam negeri," kata Supriono saat membuka kegiatan Edukasi Wartawan SKK Migas-K3S wilayah Sumbagut, Kamis (2/11/2017) di Batam.
Dengan produksi minyak 800.000 per barel per hari, lanjut Supriono, Indonesia kini menempati posisi 29 dari nagera penghasil minyak dengan rata-rata cadangan minyak bumi hanya 0,2 persen dari total cadangan dunia.
"Sementara untuk gas, Indonesia menempati di posisi 14 dari negara penghasil gas dengan rata-rata cadangan gas 1,5 persen dari total cadangan dunia," katanya mejelaskan.
Berdasarkan data SKK Migas, produksi minyak Indonesia per Mei 2016 sebesar 832.000 barel per hari, setara sekitar satu persen produksi minyak dunia.
Baca juga : Singgah di Aceh, Jokowi Sempat Tanya Potensi Migas
"Lain dulu lain sekrang, waktu 2004 boleh kita jaya di Migas, tapi sekarang tidak lagi. Jadi perlu perubahan besar dan kesadaran bahwa Indonesia tidak lagi negara kaya migas," katanya.
Dia menambahkan, tantangan sektor migas tak hanya berupa angka produksi dan cadangan yang menipis, tetapi juga dari harga migas dunia dan fluktuasi nilai tukar mata uang.