BANDUNG, KOMPAS.com - Pengamat politik Universitas Parahyangan (Unpar) Asep Warlan Yusuf mengatakan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil punya kans besar memenangi Pilkada Jabar 2018 mendatang.
Namun, ia punya sejumlah catatan penting yang mesti diperhatikan Ridwan Kamil, salah satunya adab politik.
Asep menilai, Ridwan Kamil punya pola komunikasi politik yang kurang baik. Ia menyebut, Partai Gerindra dan PKS yang notabene pengusung di Pilkada Kota Bandung pernah kecewa dengan sikap Ridwan Kamil.
"Dia memang kerap kali berjarak dengan partai ketika sudah jadi. Gerindra dan PKS pernah kecewa dengan dia, karena dia selalu punya prinsip yang penting kendaraannya dulu baru nanti urusan partai belakangan," tutur Asep saat dihubungi via telepon seluler, Senin (30/10/2017).
"Itu jadi catatan penting banyak parpol terhadap Ridwan Kamil yang punya perilaku kurang enak di mata parpol. Adab politiknya yang terkesan ia hanya mementingkan perahu," tambahnya.
Baca juga : Ridwan Kamil Tak Ingin Terlalu Bergantung pada Mesin Politik Partai
Selain itu, Asep menilai Ridwan Kamil bersikap "one man show" dalam menjalankan roda pemerintahan. Situasi itu, kata Asep, terjadi di Kota Bandung saat ini.
"Ridwan dianggap agak one man show, dia agak nonjol sendiri. Agak berat bagi parpol karena parpol ingin ada wakilnya yang juga bisa kerja sama. Itu juga terjadi di Kota Bandung," ujarnya.
Asep menjelaskan, seharusnya Ridwan Kamil bisa menghargai bahwa partai sangat penting dalam karir politiknya.
"Ridwan Kamil harus meyakinkan parpol, perilaku dulu tidak akan diulangi lagi bahwa dia harus tetap menghormati menghargai bahwa parpol penting dalam kehidupan dia jika jadi memerintah," tuturnya.
Meski demikian, Asep berpendapat Ridwan Kamil tetap menjadi gula-gula politik yang punya nilai jual di Pilkada Jabar. Selain surveinya selalu tinggi, Ridwan juga punya banyak prestasi di Kota Bandung.
"Ridwan Kamil tidak sulit mengajak parpol karena dalam survei berkali-kali dia tetap masuk tiga besar. Artinya sayang kalau potensi ini tidak diambil partai lain. Masuknya PPP dan PKB berbasis pesantren itu semakin melengkapi jadi kombinasi bagus," kata dia.
Baca juga : Ridwan Kamil: Saya Pemain Pilkada, Sudah Tahu Triknya
"Potensi menang, itu jadi daya tarik meskipun dia bukan kader. Dia lebih masuk ke mana-mana, politik identitas agak tak menonjol dari Ridwan Kamil. Dia nasionalis masih diterima di kalangan Islam. Di daerah lain juga harapannya meminta sosok begini yang bisa mengakomodir dua kepentingan, nasionalis dan keumatan," jelasnya.