Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aceh Bebas Talasemia Bukanlah Mimpi (2)

Kompas.com - 25/10/2017, 13:17 WIB
Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Talasemia bukan penyakit populer di Indonesia, tak terkecuali di Aceh. Di provinsi paling barat Indonesia ini bahkan tak sedikit orang yang salah menyebutkan namanya menjadi Talesemania.

Begitu tak populernya talasemia di Aceh sehingga banyak warga tak pernah berpikir kalau siapa saja bisa menyandang penyakit ini.

(Baca selengkapnya: Menghalau Talasemia dari Aceh, antara Takhayul dan Medis (1))

Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah yang rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal yang mencapai 120 hari.

Akibatnya, penderita talasemia akan mengalami gejala anemia seperti pusing, muka pucat, badan lemas, susah tidur, nafsu makan hilang dan infeksi berulang.

Ketua Pengurus Orangtua Penyandang Thalassemia Indonesia (POPTI) Cabang Aceh, dr Heru Noviat SpA, mengatakan, talasemia merupakan penyakit yang diturunkan oleh kedua orangtua yang membawa sifat talasemia.

Dokter spesialis anak yang menangani pasien talasemia di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh ini menambahkan, penyakit ini tidak menular dan belum ditemukan obatnya.

Menurut hasil survei Kementerian Kesehatan tahun 2010, Aceh merupakan salah satu provinsi dengan angka suspect talasemia tertinggi di Indonesia. Persentasenya mencapai 13,8 persen atau 13 orang dari setiap 100 penduduk Aceh adalah penderita talasemia.

Indonesia sendiri berada pada sabuk talasemia. Sebanyak 6–10 orang dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini.

Di Aceh, ujar Heru, talasemia ibarat gunung es. Faktanya, meski gen kelainan darah ini tersimpan dalam banyak tubuh penduduk Aceh, saat ini baru 315 penderita talasemia yang tercatat melakukan pengobatan rutin di Rumah Sakit Zainal Abidin  Banda Aceh.

“Ini terjadi karena minimnya pengetahuan tentang talasemia di masyarakat,” ungkap Heru.

Lembaga pendamping para penyandang talasemia di Banda Aceh, Yayasan Darah Untuk Aceh (YDUA), menyebutkan saat ini masyarakat banyak yang masih percaya mitos bahwa talasemia merupakan penyakit kutukan yang harus meminta tumbal dan bisa disembuhkan oleh dukun atau dengan meminum ramuan dari dedaunan.

Akibatnya, banyak orangtua yang enggan membawa anak-anak mereka yang menyandang talasemia ke rumah sakit.

Karena itu, sosialisasi kepada masyarakat bahwa talasemia adalah penyakit keturunan mutlak dilakukan agar tidak terjadi peningkatan jumlah penderita.

“Karena sampai sekarang, penyakit ini hanya bisa dicegah dengan tidak mempertemukan carrier (pembawa sifat) talasemia dengan carrier talasemia," kata pendiri dan Ketua YDUA Nurjannah Husien.

Untuk mengetahui seorang anak membawa sifat talasemia atau tidak, dibutuhkan pemeriksaan darah di laboratorium.

Screening ini juga bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada para orangtua agar bisa memahami keadaan anak-anak mereka dan memberi pemahaman saat anak menuju dewasa agar mereka tidak memilih pasangan yang membawa sifat yang sama. 

“Dengan cara ini, jumlah penderita talasemia akan bisa direduksi walau butuh waktu,” ujar Nunu, panggilan akrab Nurjannah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com