Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Limbah Medis, Pantai di Balikpapan Diminta Ditutup Sementara

Kompas.com - 25/10/2017, 08:00 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Stabil atau Sentra Program Pemberdayaan dan Kemitraan Lingkungan meminta pengelola pantai wisata Kemala Beach berbesar hati menutup sementara layanan kunjungan umum. 

Imbauan ini menyusul temuan jarum (needle) suntik, tabung (spuit) suntik, hingga botol bekas cairan obat suntik di pantai wisata ini pada Minggu hingga Senin, 22-23 Oktober 2017. Benda-benda yang diduga sebagai limbah ini berceceran di sepanjang pantai.

Jufriansyah, Direktur Stabil mengatakan, penutupan sementara mesti dilakukan lantaran jarum suntik termasuk limbah yang beracun dan berbahaya. "Limbah seperti ini harus dimusnahkan. Biasanya menggunakan insinerator," kata Jufriansyah, Selasa (24/10/2017).

Namun, karena terlanjur tersebar dan terbawa gelombang laut, perlu dilaksanakan pembersihan pantai dengan intensif.

"Kalau sampai kena orang, tidak ada yang tahu, siapa yang dirugikan. Efeknya memang jangka panjang, tapi yang rugi masyarakat," kata Jufriansyah.

(Baca juga : Jarum Suntik dan Botol Obat Cemari Pantai Wisata di Balilkpapan)

Tidak hanya menutup sementara. Pemerintah dan kepolisian dinilai perlu menyelidiki kasus ini. Sebab, jarum suntik dalam jumlah banyak bertebaran di tepi pantai mengundang kecurigaan bahwa limbah berasal dari sebuah kegiatan besar.

"Pemerintah dan polisi harus mencari dan menginvestigasi siapa yang bertanggung jawab. Mereka (yang bertanggung jawab) bisa dikenai pidana lingkungan," kata Jufri.

Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan, Ballerina mengharapkan warga tidak perlu terburu-buru menduga siapa pemilik jarum suntik hingga botol injeksi bekas dalam jumlah banyak itu. Ia beralasan, saat ini barang sejenis itu mudah diperoleh lantaran dijual bebas.

Karenanya perlu penelusuran mendalam bila ada temuan serupa. "Kan bisa juga (suntik) digunakan para pecandu," katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan, Suryanto mengatakan hal serupa. Ia berharap warga menunggu upaya pemerintah untuk mengungkap hal ini. "Yang penting kita cek dulu. Perlu diteliti dulu," katanya.

(Baca juga : 6 RS di Jawa-Bali Diduga Terlibat Kelola Limbah Medis Ilegal)

Sementara itu, Suryanto tidak setuju dengan pendapat pantai wisata mesti ditutup sementara. Namun ia mengakui, temuan ini menimbulkan dugaan sudah terjadi tindak pengelolaan limbah yang tidak berjalan baik.

"Berarti ada yang tidak benar mengendalikan limbah. Tapi, kita perlu meninjau dulu," kata Suryanto.

Jarum suntik, botol-botol obat injeksi bekas, jarum infus, selang infus, bekas tabung infus, hingga botol obat lain sempat mengotori Pantai Kemala, sebuah pantai wisata Balikpapan.

Pantai ini berada di pusat kota kurang dari 500 meter Lapangan Pancasila, area publik warga Balikpapan.

Wisatawan mendapati puluhan limbah itu tersebar di sepanjang pantai. Ada juga semacam wadah serupa bekas jeriken berisi suntikan yang tidak terhitung jumlahnya.

Dari hari ke hari jumlah limbah ini berkurang. Bahkan setelah hari ketiga, hampir tidak bisa didapat lagi limbah itu.

Beberapa jenis limbah masih bisa ditemui, itu pun berada cukup jauh dari lokasi temuan pertama. Sebagai contoh, kantung orange yang diperkirakan sebagai kantung jenazah ditemukan hampir 300 meter dari pantai Kemala.

"Bisa jadi pindah karena diterpa gelombang," kata Michele, seorang pengunjung pantai yang menemukan kembali kantung itu. Ia juga mengaku masih menemukan sejumlah injeksi yang sudah berlumut di beberapa titik.

Kompas TV Ilmuan masih menyoroti isu pencemaran radiasi nuklir pascagempa Fukushima 2011.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com