Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

60 Persen Fosil Manusia Purba Dunia Ditemukan di Indonesia

Kompas.com - 25/10/2017, 07:27 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Indonesia memegang peranan penting dalam penelitian arkeologi. Meski bukan yang tertua di dunia, namun 60 persen fosil manusia purba ditemukan di Indonesia.

"Indonesia salah satu negara yang penting dalam dunia arkeologi," kata salah seorang peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Thomas Sutikna, Saat menjadi pembicara dalam diskusi Arkelologi 'Rumah Peradaban Gua Braholo', di Gunungkidul, Selasa (24/10/2017).

Alasannya, sambung Thomas, karena geografis Indonesia yang strategis diapit dua benua yakni Asia dan Australia.

"Indonesia itu merupakan melting pot (metafor untuk masyarakat heterogen yang semakin homogen) atau dengan kata lain seperti periuk, semua aspek ada," bebernya.

(Baca juga : Dunia Mengakui Arkeologi Indonesia, tetapi Pemerintah Berdiam Diri)

Selain itu, potensi sumber daya arkeologi dari Sabang sampai Marauke luar biasa. Fosil masa pra sejarah yang usianya jutaan tahun contohnya, ditemukan di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.

Terakhir ditemukan di Situs Liang Bua di Flores, dengan usia ratusan tahun ribu tahun yang lalu.

Jika menelik dari laman http://arkenas.kemdikbud.go.id, pada 2003 lalu ditemukan manusia purba Homo Floresiensis lebih 9 individu Homo Floresiensis, akan tetapi hingga saat ini hanya satu yang ditemukan dalam kondisi hampir utuh.

Satu fosil dan memiliki karakeristik fisik yang unik, yaitu tingginya hanya 106 cm, tulang kaki dan tangan sangat kekar. Usia situs Liang Bua diperkirakan 60.000-100.000 tahun yang lalu. Untuk alat batu mereka diperkirakan berusia antara 50.000–190.000 tahun yang lalu.

"Di Indonesia ditemukan dari manusia sampai binatang ada," tuturnya.

Arkeolog yang menghabiskan waktu 17 tahun melakukan penelitian di Liang Bua ini menjelaskan, hampir 60 persen fosil manusia purba ditemukan di Indonesia. 

(Baca juga : Tiga Replika Tengkorak Manusia Purba Sangiran Dipamerkan di Gorontalo)

Hal ini lantaran pada masa lalu, sekitar zaman es, wilayah Indonesia bagian barat menyatu atau disebut Paparan Sunda, dan bagian timur pun menyatu disebut Paparan Sahul. Sehingga awal hewan purba bisa bermigrasi.

Lalu 1,8 juta tahun lalu, Homo Erektus bermigrasi dari daratan Afrika ke Asia Tenggara, dan Eropa seperti di Perancis dan Spanyol, tetapi lebih muda. Di Indonesia penelitian terakhir ditemukan di Sangiran dan Liang Bua.

"Semua manusia (purba) baik dari DNA maupun fosil dari Afrika," kata Thomas yang juga Peneliti dari Centre for Archaeological Science, University of Wollongong, Australia.

Ia menyebutkan, penelitian terus berkembang. Para ilmuwan pun harus terus sharing dengan ilmuwan lain dari luar negeri untuk mengetahui perjalanan manusia purba menuju Indonesia timur sampai Pasifik.

Untuk perjalanan manusia modern (Homo sapiens) sesuai dengan situs yang ditemukan selatan melalui pesisir Jawa Utara sampai ke Australia.

(Baca juga : Bukan Cuma Kita, Manusia Purba Juga Suka Bawa Kotak Makan. Apa Isinya?)

Namun demikian, sampai sekarang peneliti belum menemukan jalur perjalanan manusia purba modern sampai ke Australia. Sebab di sana sudah ditemukan fosil berusia 50.000 tahun lalu.

Sementara di Indonesia, usianya lebih muda. Seperti di Situs Wajak, Tulungagung, Jawa Timur, yang usianya sekitar 40.000 tahun lalu, Liang Bua usianya 47.000 tahun lalu, dan di Timor usianya diperkirakan 30.000-42.000 tahun lalu.

"Di Australia lebih tua. Masalahnya mereka harus melewati Indonesia, karena tidak mungkin dari Afrika langsung ke Australia. Itu pentingnya Indonesia memiliki peranan penting tentang cikal bakal manusia," tuturnya. 

Kompas TV Batu dengan permukaan datar dan berwarna kekuningan ini awalnya hanya dikira sebagai batu lempeng biasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com