Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buwas: 72 Jaringan Narkotika Sisihkan Keuntungannya untuk Regenerasi

Kompas.com - 19/10/2017, 21:52 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Saat ini ada 72 jaringan pengedar narkotika internasional dari 11 negara menjadi penyuplai narkotika ke Indonesia. Bagi mereka Indonesia adalah pangsa pasar besar dan bagus untuk menjadi laboratorium ketika melepas produk-produk baru.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol Budi Waseso mengatakan semua jenis narkotika laku di Indonesia

Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur menjadi gerbang masuknya narkotika karena berdekatan dengan negara tetangga. Produk dari Cina mendominasi.

Pada 2016, ada 250 ton narkotika asal Cina yang masuk. Ditambah prekusor atau bahan pemula untuk membuat narkotika sebanyak 1.097,6 ton.

"Pada 2016 kita hanya bisa mengamankan 3, 4 ton sabu, sementara yang masuk lebih dari 300 ton. Tidak ada data yang mengatakan sabu keluar dari Indonesia, jadi sabu sebanyak itu terserap habis. Ini memprihatinkan,” kata Budi Waseso, Kamis (19/10/2017).

(Baca juga: Buwas: Indonesia Diserang Narkoba Asal China dan Belanda)

Pria yang biasa dipanggil Buwas ini mengatakan, awalnya dia tidak percaya dengan data yang menyebutkan 250.000 sabu diimpor Cina ke Indonesia pada 2016.

Namun data tersebut disampaikan kementerian narkotika Cina, plus keterangan empat kepala kopolisan negara bagian di Cina yang mengamini data tersebut.

"Mereka punya data produksi dari daerah mana yang masuk ke pasar gelap Indonesia. Selain Cina, kita juga disuplai 10 negara lain," ungkapnya.

Katanya lagi, ke-72 jaringan internasional pengedar narkotika di Indonesia, menyisihkan 10 persen keuntungannya untuk operasi regenerasi pangsa pasar.

Narkotika berakibat pada kesehatan dan memperpendek usia manusia. Para bandar tahu kalau generasi pangsa pasar saat ini akan habis. Maka mereka perlu membuka pangsa pasar berikutnya.

"Target mereka adalah anak-anak mulai TK sampai SMP. Anak-anak ini akan menjadi pasar ketika beranjak SMA atau kuliah. Tidak ada keraguan untuk perang terhadap narkoba walau harus membunuh satu atau dua orang bandar. Kita harus menyelamatkan generasi bangsa," kata Buwas.

(Baca juga: Buwas: Bandar Narkoba yang Mati Masih Kurang Banyak)

Dia optimistis, dikukuhkannya pembina Satgas P4GN di kabupaten dan kota di Sumut dapat menekan angka kejahatan dan peredaran narkoba. Sebab Sumut merupakan wilayah dengan angka tertinggi peredaran narkoba.

Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi meminta para bupati dan wali kota yang menjadi satgas P4GN melakukan pembinaan dalam upaya pemberantasan, pencegahan, dan penyalahgunaan peredaran gelap narkoba.

Dia mengimbau, kepala daerah yang belum membentuk Satgas P4GN agar segera merealisasikannya.

"Satgas pencegahan narkoba harus bersinergi dengan BNN dalam memberantas narkotika di Sumut. Peredaran narkoba tidak memandang status sosial, semua golongan bisa terkena, apalagi generasi muda kita. Peran kita diperlukan dalam menyelamatkan generasi bangsa," kata Erry.

Kelurahan Bebas Narkoba

Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, pembina Satgas P4GN Kota Medan mengatakan, untuk meminimalisir kejahatan narkoba pihaknya akan berkoordinasi dengan unsur Forkominda Kota Medan agar aparatur pemerintah berkomitmen memberantas kejahatan narkoba.

"Pemerintah Kota Medan sudah bergerak melawan kejahatan narkoba dengan mendeklarasikan kelurahan bebas narkoba. Dimulai dari Kelurahan Sukamaju, Medanjohor. Akan dilanjutkan dengan kelurahan atau kampung bebas narkoba lainnya. Kita juga mendirikan posko-posko anti narkoba," kata Eldin.

Pemkot Medan juga telah menyediakan sarana perkantoran. Ia berharap, di 2018 akan keluar persetujuan dari menteri dan BNN Kota Medan terbentuk.

"Dukungan masyarakat memerangi kejahatan narkoba sangat dibutuhkan. Jangan beri peluang kepada kejahatan narkoba. Peran dan kepedulian kepling juga sangat dibutuhkan," ucapnya.

Kompas TV Direktorat reserse narkoba Polda Kalbar menangkap 3 orang tersangka pengedar narkoba satu orang diantaranya adalah mantan anggota polisi.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com