Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Binaan Lapas Polewali Unjuk Rasa Protes Kebijakan Kalapas Baru

Kompas.com - 19/10/2017, 20:15 WIB
Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Ratusan penghuni Lapas Kelas IIB Polewali Mandar menggelar aksi unjuk rasa di dalam lapas Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Kamis (19/10/2017).

Mereka memprotes kebijakan Kalapas baru Haryoto yang mewajibkan pengunjung lapas untuk meminta izin secara tertulis dari kejaksaan, kepolisian dan pengadilan setempat setiap kali hendak menjenguk tahanan di lapas.

Tahanan dan keluarga mereka juga memprotes dugaan praktik bisnis menyimpang di lapas. Pengujung dilarang membawa makanan dan minuman instan. Warga binaan dipersilakan membeli barang di dalam lapas yang harganya hampir dua kali lipat dengan harga di luar lapas.

Untuk mengantisipasi kerusuhan akibat aksi protes sekitar 269 tahanan dan narapidana yang tidak terima kebijakan tersebut, puluhan aparat dari Polres Polewali Mandar bersiaga di sekitar lapas. Sejumlah petugas lainnya memantau situasi tahanan dari menara lapas.

Meski polisi dan awak jurnalis tak diperkenankan masuk ke lapas, namun saat aksi terdengar dari balik tembok suara gaduh para napi yang memprotes kalapas baru.

Andi Nona, salah satu penjenguk tahanan di Lapas Kelas IIB Polewali Mandar mengatakan, pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman dari luar.

Sementara di dalam lapas barang yang sama dijual dengan harga yang tinggi. Menurut Andi Nona, lapas itu bukan tempat dagang, tapi tempat membina warga tahanan.

"Lapas jangan jadi ajang bisnis, yang sewajarnyalah. Kasihan tahanan pasti mengutang ke koperasi yang harga barangnya sangat tidak manusiawi, yang direpotkan kan pasti keluarganya di luar lapas,” tutur Andi Nona.

Baca juga: Pengedar Obat Terlarang Mengaku Dikendalikan Napi dari Dalam Lapas

Selain itu, Andi Nona juga memprotes kebijakan lapas yang mewajibkan pengunjung mengurus izin ke polisi dan kejaksanaan untuk menjenguk keluarganya. Kebijakan itu dinilai sangat merepotkan, terutama pengunjung dari luar daerah.

Keluhan serupa juga disampaikan Dina, pengunjung lapas lainnya. Karena alasan harus ada surat izin dari lembaga yang menahannya. Sejumlah makanan dan minuman yang dibuat dari rumah mereka sejak pagi hingga siang belum diperkenankan masuk menjenguk keluarganya.

“Saya dari pagi sampai sekarang belum bisa masuk. Padahal saya juga membawa makanan titipan dari warga yang tak bisa masuk ke lapas,” tutur Dina.

Sejumlah pengunjung yang tertahan di depan lapas mengaku kebijakan yang dikeluarkan kalapas baru tidak pernah diberlakukan pada masa Kalapas Muh Basri dan PLT Kalapas Simung SAg.

“Yang begini-begini kan sebelumnya tidak pernah ada, sekarang kok repot sekali. Sejak kemarin banyak pengunjung pulang dan gagal bertemu keluarganya karena aturan ini,” tutur pengunjung lapas lainnya.

Kalapas Kelas IIB Polewali Mandar, Haryoto seusai menemuai sejumlah perwakilan warga binaan yang menggelar unjuk rasa menjelaskan, masalah ini terjadi karena miskomunikasi saja.

Haryoto membantah dirinya memberlakukan aturan baru di lapas. Menurutnya, semua berjalan seperti biasanya sebelum ia menjabat. Kewajiban meminta izin dari pihak kejaksaan dan kepolisian bukanlah ketentuan baru. Haryoto mengaku hanya menjalankan aturan yang sudah ada.

“Ini hanya kesalahpahaman saja, mereka mengira saya memberlakukan peraturan baru. Padahal saya tidak pernah membuat aturan apa pun. Semuanya berjalan seperti sebelumnya,” jelas Haryoto.

Baca juga: Napi Kasus Narkoba Kabur dari Lapas Padang

Kalapas mengatakan usai bertemu dengan perwakilan warga binaan, ia sudah menjelaskan segala yang terjadi. Dia mengklaim warga binaan sudah paham.

Menaggapi banyaknya polisi yang datang melakukan pengamanan di sekitar lapas, Haryoto mengatakan untuk mengantisipasi kerusuhan bukan karena ada hal genting dalam lapas.

Namun pengamanan tersebut tentu sesuai protap pengamanan dari kepolisian. Haryoto mengaku hanya menginformasikan situasi di lapas kepada polisi dan semua mitra lapas termasuk kodim.

Kompas TV Saat digeledah, penyidik menemukan sabu dengan total 1,7 kilogram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com