Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stok Beras Juni 2016 di Bulog Pangkalan Bun Belum Semua Tersalurkan

Kompas.com - 13/10/2017, 14:32 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Ratusan ton beras di Bulog Sub Divisi Regional (Subdivre) Pangkalan Bun, yang telah distok sejak Juni 2016 (satu tahun empat bulan) belum tersalurkan.

Hal tersebut diduga menjadi penyebab buruknya kualitas beras untuk keluarga sejahtera yang diterima warga di RT 10 Kelurahan Madurejo, Pangkalan Bun.

Temuan ini diperoleh saat Bupati Kotawaringin Barat, Nurhidayah mengunjungi Gudang Bulog Subdivre Pangkalan Bun, Jumat (13/10/2017). Kunjungan ini untuk menindaklanjuti aduan warga akan buruknya kualitas beras yang diterima.

Beras tersebut terlihat dalam bentuk tak utuh, menjadi serpihan-serpihan, dengan warna berubah kekuningan, dan berdebu.

(Baca juga: Bosan Terima Beras Rastra Bau Apek, Warga Mengembalikannya ke Bulog)

Pantauan Kompas.com, dalam gudang berkapasitas 1.000 ton itu, terlihat banyak tumpukan beras dalam karung 15 kilogram. Petugas gudang menjelaskan, jumlahnya sekitar 500 ton. Banyak kutu menempel dan beterbangan di seantero gudang besar itu.

Kepala Bulog Subdivre Pangkalan Bun, Rusli Pisol mengatakan, beras itu bukannya tak tersalurkan. "Sekarang ini belum habis, bukannya tidak terdistribusikan. Karena stok awal masuknya itu banyak, 1.000 ton," ujar dia.

Namun, ia tak menampik adanya kualitas beras yang buruk. "Kondisi seperti ini bisa (terjadi) karena tempat (beras)-nya di bawah, atau di tengah, atau karena tumpukannya belum pernah dilakukan pengelolaan," kata Rusli.

"Sebenarnya saya selalu memerintahkan, sebelum disalurkan dilakukan sortasi. Mungkin karena keterbatasan personel, mengerjakannya belum sempat. Sebenarnya di sini sudah melakukan pengolahan, cuma memang karena jumlahnya banyak, belum sempat semuanya," tambahnya.

Ia menambahkan, pihaknya selama ini memang mempersilakan yang akan mengambil jatah beras dari Bulog untuk memilih sendiri. Hal inilah kemudian yang mungkin membuat sebagian dari mereka memperoleh beras yang buruk.

(Baca juga: Bupati Bireuen Berang Warganya Diberi Beras Bulog Berkutu)

Rusli mengakui, secara teknis pihaknya kesulitan menjaga ratusan ton beras yang berada pada tumpukan bagian bawah.

"Harus diturunkan dari atas semua, baru sampai ke bawah. Sebenarnya kalau ini (yang di bawah) nariknya agak mudah, kita bisa lakukan pembersihan. Ditutup (gudangnya) dan kasih obat, spraying," ujarnya.

Namun, Rusli membantah kalau beras yang ada di gudang Bulog Pangkalan Bun sudah tidak layak konsumsi. "Karena Bulog, pedoman layak atau tidaknya itu melalui Balai POM. Ketika itu sudah diperiksa Balai POM, dinyatakan tidak layak, baru kami tidak salurkan," jawabnya.

Bupati Nurhidayah meminta agar Bulog mau mengganti beras berkualitas buruk yang diterima warga. "Ini sudah terjadi, permintaan permohonan. Ini yang sudah beredar di Madurejo. Kami minta ini dikembalikan ke Bulog, minta ditukar yang baru," kata Nurhidayah.

Bulog Pangkalan Bun menyanggupi permintaan itu. Ia mengatakan, ketika mendengar komplain warga penerima pun, langsung memerintahkan untuk ditukar kembali.

"Saya minta supaya dilihat, supaya langsung dilakukan penggantian, bawa pikap. Tapi hujan, orang kelurahan sudah pulang. Jadi oleh Satker Kecamatan (dikatakan), besok aja," jawab Rusli.

Bulog Pangkalan Bun melayani kebutuhan beras di tiga kabupaten. Selain di Kotawaringin Barat, mereka juga melayani wilayah Sukamara, dan Lamandau. Rusli menyebut, permintaan beras dari Bulog untuk ketiga kabupaten itu, 150 ton per bulan.

Kompas TV 4 Pesawat Hercules Kirim Bantuan untuk Warga Rohingya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com