Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SMP yang Dipelintir Gurunya Masih Dirawat di Rumah Sakit

Kompas.com - 12/10/2017, 18:19 WIB
Heru Dahnur

Penulis

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Seorang siswa kelas dua SMP Negeri 10 Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit karena menderita pusing dan lebam di bagian kepala, Rabu (11/10/2017) malam.

Korban, Rama Heriyanto diduga mengalami tindak kekerasan dari oknum guru matematika berinisial AM. Hingga Kamis (12/10/2017) siang tadi, korban masih berada di RSUD Depati Hamzah, untuk pemulihan kondisi kesehatan.

Ibu korban, Nia mengatakan, anaknya mengalami kekerasan dari guru karena dituduh mengolok-olok saat jam belajar. Kepala anaknya, kata Nia, sempat dipelintir dan ditampar.

“Saya lihat dia di rumah seperti orang sakit. Rupanya ada masalah dengan guru di sekolah,” ujar Nia kepada Kompas.com, Kamis (12/10/2017).

(Baca juga: Emosi Kerap Diejek, Guru SMP Pukul dan Benturkan Kepala Siswanya)

Nia mengungkapkan, ketika kejadian anaknya tidak sendiri. Ada siswa lainnya yang ikut menyaksikan. Beberapa ada yang menyebut anaknya sempat dibenturkan ke dinding sampai terdengar bunyi benturan.

“Tapi untunglah dari pemeriksaan rontgen tidak mengalami gangguan fisik pada organ bagian dalam,” ujarnya.

Saat ini selang infus masih terpasang pada tubuh korban. Orangtua korban yang berada di rumah sakit berharap anak sulung mereka dari tiga bersaudara, bisa pulih secepatnya dan kembali bersekolah.

Sementara pihak sekolah mengklaim tidak ada tindak kekerasan yang dilakukan terhadap Rama Heriyanto. Tindakan fisik dilakukan guru berupa dorongan dan tarikan karena siswa berusaha lari dan melawan saat diberi peringatan.

Guru Matematika AM yang diduga melakukan penganiayaan membantah informasi yang menyebutkan siswa sempat pingsan karena dibenturkan ke dinding kelas.

(Baca juga: Seorang Guru Ditampar Orangtua Murid hingga Gigi Palsunya Lepas)

Menurut AM, Ia hanya mendorong dan menarik kepala korban karena mengabaikan peringatan yang diberikan. AM mengaku tindakannya memberi peringatan karena merasa kesal siswa memanggil –manggil namanya saat sedang mengajar di dalam kelas.

“Kondisi ini dilakukan berulang-ulang dan terkesan disengaja,” terangnya.

Menurut AM, kelakuan siswa yang terkesan mengolok-olok dinilai sudah melewati batas sehingga akhirnya diberi peringatan dengan mendatangi korban di luar kelas.

AM mengaku sudah mengajar selama hampir 20 tahun yang 5 tahun terakhir bertugas di SMP 10 Pangkal Pinang. Selama berada di SMP 10, AM tidak mengajar korban secara langsung karena beda kelas.

Mediasi

Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kepulauan Bangka Belitung, Sapta Qodriah, mengatakan, kasus yang menimpa korban akan di mediasi dengan pihak terkait.

“Kami berkunjung ke rumah sakit dan sekolah untuk mengetahui kejadian sebenarnya. Mudah-mudahan bisa berdamai,” harapnya.

Kompas TV Bintara pembina desa TNI Komando Distrik Militer 0103 Aceh Utara menjadi imam dan guru mengaji bagi anak?anak di Desa Alue Dua, Aceh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com