Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emosi Kerap Diejek, Guru SMP Pukul dan Benturkan Kepala Siswanya

Kompas.com - 12/10/2017, 14:53 WIB

BANGKA, KOMPAS.com - Salah seorang oknum guru SMPN 10 Kota Pangkalpinang, MN, diduga telah memukul siswanya, Rama Heriyanto Putra (14) hingga pingsan dan dirawat di rumah sakit. Ia diduga dipukul karena mengejek dengan menyebut langsung nama gurunya.

"Pas jam belajar kami pas tuh belajar olahraga, Rama ni lewat di depan kelas pas pak guru tu dia mangil nama pak guru tuh, 'Main'," ucap Agus, teman korban, Rabu (11/10/2017).

"Sudah tu guru itu, mencari siapa murid yang manggil namanya. Lalu Rama mengaku dia yang memanggil, pas itulah langsung ditampar dan dipukul serta dilantek (dibenturkan) kepala ke dinding," tambahnya.

Sahabat korban lainnya, Akbari mengaku sempat meminta oknum guru tersebut berhenti memukul korban.

(Baca juga: Seorang Guru Ditampar Orangtua Murid hingga Gigi Palsunya Lepas)

"Iya saya lihat juga, mukulnya di belakang kelas 8B. Saya bilang sudah pak, masih kecil. Jangan tampar lagi, sudah itu, siswa itu dibawa langsung ke kantor," ucapnya.

Ibu korban, Nia mengaku tidak terima atas perlakuan oknum guru kepada anaknya tersebut. Sang anak harus dirawat di rumah sakit lantaran pingsan terkena pukulan.

"Saya sempat bawa anak saya ke puskesmas Air Itam dan mendapat oksigen," ucapnya.

"Karena khawatir anak saya mengaku pusing kami membawanya ke RSUD Depati Hamzah. Saya belum tahu apa masalah pastinya. Cuma, kalau misalnya karena anak saya nakal, saya sebagai ibunya meminta maaf. Tapi, tidak semestinya anak saya dianiaya seperti ini. Sebagai orangtua, saya tidak terima,” tambahnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang, Edison Taher membenarkan adanya peristiwa pemukulan itu. Guru tersebut sudah tidak bisa menahan emosi karena selama dua hari berturut-turut diejek oleh muridnya.

"Berdasarkan keterangan kepala sekolah, guru itu sudah dua hari diejek oleh muridnya dengan memangil namanya langsung. Pas hari kedua baru ketahuan, dan sepertinya emosinya tidak terkontrol sehingga terjadilah pemukulan itu," ujar Edison.

(Baca juga: Anak Punya Guru yang Dibenci, Apa yang Harus Dilakukan?)

Masih berdasarkan keterangan kepala sekolah, sambung Edison, murid tersebut sedang dalam keadaan sakit yakni ada bisul di pantatnya. Karenanya, suhu badan murid tersebut panas.

"Setelah pemukulan langsung dibawa ke puskesmas ditemani kepala sekolah. Saat itu sudah tidak ada masalah. Tetapi kemudian orangtuanya datang lagi sehingga dibawa ke rumah sakit. Kita lihat seperti apa kondisinya. Apakah pusing akibat pemukulan atau bisul yang diderita si anak murid tersebut," ucap Edison.

Mengenai sanksi bagi oknum guru yang melakukan pemukulan, Edison akan lebih dulu melakukan verifikasi kedua belah pihak.

"Saya sudah sering mewanti-wanti para guru apabila emosi hindari hukuman fisik. Bila perlu keluar minta ganti guru lain yang mengajar. Tetapi mau bilang apalagi semua sudah terjadi, sebab guru juga manusia," tuturnya.

Yang jelas, sambung Edison, sanksi di ASN itu, ada ringan sedang dan berat.

"Harapan kami sih hal ini, bisa diselesaikan secara kekeluargaan, karena murid juga mau belajar sekolah dan sebagainya. Kita lihat sajalah yang penting saat ini, kondisi anak itu, bagaimana dulu apakah sehat dan sebagainya," pungkasnya. (Zulkodri)

 

Artikel ini telah tayang di Bangka Pos dengan judul: Tersinggung Dipanggil Nama, Guru SMPN 10 Pukul Siswa

 

Kompas TV Bintara pembina desa TNI Komando Distrik Militer 0103 Aceh Utara menjadi imam dan guru mengaji bagi anak?anak di Desa Alue Dua, Aceh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com