Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembalikan Aroma Khas Kopi Dampit Asal Malang

Kompas.com - 12/10/2017, 08:08 WIB
Andi Hartik

Penulis

Masing-masing proses pasca panen berpengaruh terhadap aroma biji kopi yang dihasilkan. Untuk proses natural, aromanya lebih tajam sementara untuk washed process aromanya lebih lembut.

“Sampean rasakan sendiri. Kalau yang cuci basah aromanya lebih soft,” katanya sambil mengulurkan biji kopi yang sudah menjalani proses natural dan washed process.

Sayang, belum semua petani kopi mau menggunakan cara-cara seperti itu. Hingga saat ini, masih ada 125 petani yang mau memperlakukan kopinya secara teratur dengan produksi sekitar tujuh ton biji kopi atau 35 ton cherry kopi per tahun. Angka itu jauh lebih sedikit dibanding dengan produksi kopi secara keseluruhan di Kabupaten Malang yang mencapai 9.613 ton per tahun.

Gandeng pemilik kedai kopi

Tidak mudah bagi Eko Yudi Sukrianto untuk mengubah kebiasaan petani kopi yang sudah mengakar sejak lama dan turun temurun. Apalagi, para pengepul kopi atau pembeli di pasaran hanya memberlakukan harga tunggal. Baik biji kopi yang berkualitas atau biji kopi yang perlakuannya asal- asalan. Hal itu membuat petani memilih cara yang simpel asal kopinya laku terjual.

Untuk mengatasi persoalan seperti itu, Asosiasi Sridonoretno mencoba mencari pasar sendiri untuk kualitas kopi yang dihasilkannya. Saat ini, sudah ada 30 kedai kopi yang siap membeli biji kopi itu dengan jaminan kualitas kopi terjaga. Mereka tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Seperti di Malang, Surabaya, Yogyakarta, Makassar dan Jakarta. Kebanyakan, kedai yang menyediakan kopi khas Dampit itu ada di Malang.

“Sementara 30 kedai. Soalnya stok kami masih minim. Hanya tujuh ton per tahun. Itu pun kedai yang ingin menambah kuota belum kami terima,” kata Sukri.

Baca juga: Kopi Gayo dan Cita Rasa yang Tak Konsisten

Terkait harga, sengaja pihak asosiasi mematok dengan harga lebih mahal dibanding harga yang berlaku di pasaran. Hal itu untuk memicu kepedulian para petani untuk menghasilkan biji kopi yang berkualitas.

“Kami tetapkan harga lebih tinggi 35 persen dari harga reguler di pasar. Tidak terlalu mahal, karena kami juga memikirkan penghasilan dari pemilik kedai,” imbuhnya.

Meski memasang harga lebih mahal, para petani yang ada di bawah pembinaan asosiasi berani memastikan kualitas kopi yang dihasilkannya. Bahkan dalam setiap kemasan penjualan selalu disertai dengan barcode.

Hal itu untuk menghindari dari pembajakan dan untuk mempertanggung jawabkan apabila ada biji kopi yang kualitasnya bermasalah. Melalui sistem barcode itu, biji kopi yang ada di dalam kemasan bisa diketahui asalnya. Termasuk didapatkan dari petani yang mana.

“Jadi kalau kopi itu nanti bermasalah, petani yang bersangkutan nanti bisa dimintai pertanggungjawaban,” ungkapnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com