Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Rumah Deret Tamansari Bandung, Warga Tak Ingin seperti di Jakarta

Kompas.com - 06/10/2017, 15:13 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Polemik penataan kawasan kolong jembatan Pasupati di area permukiman padat Tamansari, Kota Bandung menjelang babak akhir.

Jumat (6/10/2017) pagi, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, Prasarana-Sarana Utilitas, Pertanahan, dan Pertamanan (DPKP3) Kota Bandung melakukan sosialisasi terakhir bersama warga RW 11 Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, di Taman Film.

Jika tak kunjung ada kesepakatan, warga yang tinggal puluhan tahun di tanah Pemkot Bandung itu bakal digusur paksa.

Semula, sosialisasi dilakukan pada pukul 09.00 WIB. Namun hingga pukul 12.00 WIB, warga menolak mediasi lantaran hadirnya sekelompok ormas yang diduga suruhan kontraktor.  Warga yang sudah berkumpul di Taman Film mendadak bubar. Sambil menggerutu, warga akhirnya meninggalkan lokasi dan pergi ke posko RW 11.

Baca juga: Pemkot Bandung Ubah Permukiman Kumuh Tamansari dengan Apartemen Deret

Eva Eryani Effendi, salah seorang warga, terlibat diskusi serius dengan sesama penduduk. Sesekali ia melontarkan nada kesal sekaligus ada ketakutan yang merundung.

"Kita ada undangan dari DPKP3 untuk sosialisasi kembali. Tadi kan ada ormas, dari sejak kita datang loh kok ada ormas jadi kita bertanya-tanya ini ormas dari mana. Ternyata dari kontraktor, berarti ada intimidasi jangan sampai kita bentrok, dari pada kita kena dampak kita mundur saja," tutur Eva saat ditemui Kompas.com.

Masyarakat, kata Eva sempat berharap banyak pada Komisi C DPRD Kota Bandung. Namun, sosok wakil rakyat yang ditunggu tak kunjung datang.

"Kita kan kajian ulang dengan Komisi C DPRD Kota Bandung waktu itu. Sebenarnya fasilitator kita itu mereka, di daftar undangan yang pertama itu Ketua Komisi C tapi kan enggak datang," ucapnya.

Baca juga: Kami Harap Pak Sandiaga Realisasikan Kembali Rumah Deret

Rudi Sumaryadi, Ketua RW 11 Kelurahan Tamansari menuturkan, sejumlah orang ormas sudah datang sebelum sosialisasi dimulai. Mereka datang dan terkesan mengepung kerumunan warga di Taman Film. Situasi itu, kata Rudi, jelas membuat warga resah.

"Itu kan ada ormas kita tidak mau ada intimidasi. saya gak mau warga jadi korban karena ini hanya sosialisasi kenapa kontraktor sampai bawa ormas, tiap pintu masuk Taman Film ada ormas. Kita menghindari gesekan," ujarnya.

Upaya intimidasi itu rupanya bukan kali pertama terjadi. Pada Agustus lalu, Rudi mengatakan, ada dua mobil yang mengangkut ormas datang ke area pemukiman warga.  "Pernah dua kali bulan Agustus dua mobil (ormas) datang mereka bilang ini akan diratakan," sebut Rudi.

Rudi mengatakan, ada 90 bangunan dan 195 kepala keluarga yang akan terdampak proyek rumah deret tersebut. Menurut dia, warga menolak digusur lantaran tak ada kesepakatan dengan poin tuntutan yang diajukan.

"Tuntutan kita hanya dua ganti fisik (bangunan), kalau masuk rumah deret kita enggak mau bayar sewa, gratis," ucapnya.

Baca juga: Bangun Apartemen Tamansari, Ridwan Kamil Tak Akan Beri Uang Ganti Rugi

Pemukiman padat penduduk di kawasan Tamansari terancam tergusur proyek rumah deret yang akan dibangun oleh Pemkot Bandung, Jumat (6/10/2017)KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Pemukiman padat penduduk di kawasan Tamansari terancam tergusur proyek rumah deret yang akan dibangun oleh Pemkot Bandung, Jumat (6/10/2017)
Sebelumnya, Pemkot Bandung menawarkan warga terdampak pindah sementara ke apartemen rakyat Rancacili. Jika proyek telah rampung, warga dipersilakan menempati rumah baru. Selama lima tahun warga bebas dari biaya sewa. Biaya sewa yang dipatok sekitar Rp 250.000 baru berlaku tahun berikutnya. Opsi itu pun ditolak warga.

"Initinya penawaran kemarin kita harus bayar sewa sementara kita di sini masyarakat kurang mampu semua. Suatu saat tiga bulan kita enggak bisa bayar kita pasti disuruh pergi seperti kejadian di Jakarta," kata Rudi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com