Investasi Dalam Negeri Jateng Rp 7,8 triliun, Ganjar Sebut Belum Usai

Kompas.com - 05/10/2017, 19:32 WIB
David Oliver Purba

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Penanaman modal dalam negeri di Jawa Tengah menembus angka Rp 7,8 triliun untuk semester I 2017. Nilai tersebut meningkat dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 6,8 triliun.

Tren positif menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu terlihat dari tahun ke tahun sejak 2013 hingga Juni 2017.

Pada 2013, total nilai investasi dalam negeri di Jawa Tengah sebesar Rp 12,6 triliun. Lalu pada 2014, nilai itu naik menjadi Rp 13,6 triliun. Angka ini terus meningkat menjadi Rp 15,4 triliun pada 2015, dan menjadi Rp 24,1 triliun pada 2016.

Adapun jika digabungkan dengan modal asing, nilai investasi di Jawa Tengah pada 2013 sebesar Rp 16,9 triliun, lalu naik Rp 18 triliun (2014), menjadi Rp 26 triliun (2015), dan menembus Rp 46 triliun pada 2016.  

"Lumayan ya bisa sangat tinggi kenaikannya, tetapi ini belum selesai ya," ujar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Wonogiri, Rabu (4/9/2017).

Secara persentase, data Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) sejak 2013 hingga semester I 2017 menunjukkan pertumbuhan investasi rata-rata sebesar 52,31 persen per tahun.

Jumlah itu terdiri 5.583 proyek dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 541.520 orang.

Sebaran tenaga kerja terbanyak berada di Kota Semarang, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Semarang, Karanganyar, dan Purbalingga.

Adapun jumlah tenaga kerja itu terdiri dari 537.748 tenaga kerja Indonesia dan 3.772 tenaga kerja asing.

Peningkatan dana investasi ini sendiri tidak sepenuhnya berjalan mulus. Sebagai gambaran, Jawa Tengah pada 2013 hingga 2016 terbilang tidak terlalu seksi di mata para investor asing.

Pada jangka waktu tersebut, BKPM menyatukan penanaman modal asing (PMA) Jawa Tengah dengan daerah lain yang PMA-nya terbilang cukup kecil.

Namun, pada semester I 2017, PMA di Jawa Tengah mulai terlihat menghijau dengan total sebesar 1 juta dollar AS.

Infrastruktur dan kemudahan investasi

Kepala DPMPTSP Jawa Tengah Prasetyo Ariwibowo mengatakan, penanaman modal dalam negeri di Jawa Tengah didominasi industri tekstil dan alas kaki.

Untuk sektor pariwisata, hal tersebut tak terlalu dilirik oleh para investor. Pasalnya, hampir semua daerah yang potensial untuk dijadikan obyek wisata berada dalam pengelolaan pemerintah kabupaten kota.

Adapun penanaman modal asing didominasi pada sektor listrik, air, dan gas. Sejumlah negara yang menjadi investor terbesar di Jawa Tengah adalah Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan China.

Prasetyo menjelaskan, pertumbuhan investasi di Jawa Tengah tak terlepas dari sejumlah faktor, salah satunya perkembangan kawasan industri.

Saat ini, tujuh kawasan industri telah dibangun di Jateng. Dua lainnya sedang dibangun, yaitu Kawasan Industri Kendal dan Demak. Di luar itu, rencananya akan ada enam kawasan lagi yang segera dibangun.

Selain kawasan industri, perbaikan infrastruktur jalan juga dinilai memengaruhi pertimbangan para investor menanamkan modalnya.

Pada 2016, Pemprov Jawa Tengah telah memperbaiki 88 persen dari 2,4 juta kilometer jalan yang berada di bawah tanggung jawab mereka.

"Jelas kami dorong infrastruktur. Ada dampaknya, jalan, jembatan. Pak Ganjar terus mendorong. Infrastruktur kami dorong terus, seperti bandara dan pelabuhan. Kami juga akan membantu mendorong proyek-proyek strategis nasional," ujar Prasetyo.

Kemudahan untuk mengurus perizinan berinvestasi, lanjut Prasetyo, juga menjadi faktor penting. Prasetyo mengatakan, jika syarat telah terpenuhi, maka proses perizinan hanya memakan waktu tiga jam.     

Cepatnya proses perizinan terlihat dari jumlah izin usaha yang diterbitkan. Pada 2014, sebanyak 1.400 izin telah diterbitkan, naik menjadi 3.000 izin pada 2015. Pada 2016, jumlahnya meningkat menjadi 10.000 izin.

Prasetyo menyampaikan, sejumlah investor masih mengeluhkan kurangnya lahan untuk membangun atau memperluas pabrik.

Untuk itu, Pemprov Jawa Tengah tengah mendorong pemerintah kabupaten kota untuk mengubah tata ruang daerahnya sehingga bisa dijadikan kawasan industri.

"Mereka ingin tempatnya besar, misalnya butuh yang 50 hektar, tetapi tanahnya enggak ada. Makanya kami arahkan dulu ke kawasan industri. Kami juga dorong agar kawasan industri mendapat kemudahan," ujar Prasetyo.

Peningkatan investasi ini sendiri, dalam pandangan Ganjar, juga diperoleh berkat kemampuan kabupaten kota di Jawa Tengah dalam mengelola daerahnya agar dipandang potensial oleh para investor.

"Artinya, kabupaten-kabupaten sangat bagus dalam mengelola investasi di daerahnya. Ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang bermodalkan APBD/APBN, dan sekarang dari swasta," ujar Ganjar.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com