KARANGASEM, KOMPAS.com - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengikuti sembahyang Purnama Kapat di Pura Besakih yang masuk zona merah pasca status gunung Agung dinaikkan awas pada 22 September 2017.
Sebelumnya, Sembayang Purnama Kapat biasanya dilakukan siang hari hingga malam namun khusus untuk tahun ini dimulai pagi hari dan berakhir siang hari.
"Bagi kami umat Hindu di Bali, purnama kapat adalah salah satu hari suci. Pada umumnya semua pura melaksanakan upacara pada hari ini," jelas Pastika.
Dia mengatakan, rangkaian Upacara Purnama Kapat sudah dimulai sejak Rabu (4/10/2017). Para umat Hindu menghaturkan puja bakti sembah kepada Tuhan yang maha esa.
Baca juga: Pemangku Pura Besakih, Pagi Berdoa Sore Turun ke Zona Aman
"Mudah mudahan dengan hati yang tulus dan suci memohon kerendahan hati pada Tahun, bencana ini tidak akan menyakiti kita semua. Bencana akan tertanggulangi dengan baik," katanya.
Sementara itu Jero mangku Ridana (42) perangkat Desa Besakih mengatakan, pada sembahyang kali ini tidak semua warga Desa Besakih datang. Menurut dia, biasanya ada ribuan orang yang datang pada saat upacara tersebut. Kalaupun ada yang datang, setelah upacara mereka akan kembali ke zona yang aman.
Ridana menambahkan saat ini ada 2.500 kepala keluarga yang tinggal di Desa Besakih dengan total warga sekitar 7.000 jiwa.
"Jika biasanya digelar hingga malam hari tapi atas himbauan pemerintah upacara hanya digelar sampai siang hari ya karena kondisi gunung Agung masih dalam kondisi awas," ujar dia kepada Kompas.com.
Status gunung Agung telah ditetapkan awas sejak tanggal 22 September 2017 lalu dan pura Besakih sebagai pura terbesar di Pulau Bali hanya berjarak 6 kilometer dari puncak Gunung Agung dan masuk dalam kawasan rawan bencana. Sejak Gunung Agung berstatus awas, Pura Besakih ditutup untuk wisatawan dan seluruh warganya mengungsi ke zona aman.