Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aher Akan Beri Nama Jalan dengan Kerajaan Jawa di Jabar

Kompas.com - 03/10/2017, 17:05 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menilai, pemberian nama kerajaan Sunda untuk jalan arteri di DI Yogyakarta merupakan anugerah besar.

Orang nomor satu di Jabar ini pun menyebut penamaan jalan itu merupakan gagasan untuk membangun persaudaraan yang kokoh antara dua suku besar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sunda.

"Dua suku besar ini selalu menjadi perhitungan. Kalau dua suku ini sepakat selesai kesepakatan di Indonesia. Apa saja kesepakatan termasuk yang penting di negeri ini," kata pria yang akrab disapa Aher di sela-sela peresmian jalan arteri DIY di bawah Jembatan Jombor, Kabupaten Sleman, Selasa (3/10/2017).

Pernyataan Aher suku Jawa dan Sunda merupakan suku besar bukan tanpa alasan. Pada zaman kolonial, kata dia, kedua suku ini sengaja dibenturkan dengan cerita perang yang dari aspek kesejarahan detail ceritanya masih perlu pembuktian.

Cerita perang itu hanya tercatat dalam manuskrip yang ditulis ratusan tahun setelah peristiwa itu terjadi.

"Perang Bubat Pasundan, peristiwa ini ada tapi detail ceritanya tidak ada. Cerita perang bubat ini diceritakan Serat Pararton yang ditulis 117 tahun setelah perang terjadi. Tentu (ceritanya) ada bias," kata Aher.

"Yang unik di sini ada politik adu domba, karena Belanda tak ingin kedua suku ini akur. Lantas cerita perang ini diajarkan di sekolah Belanda di Jabar. Padahal keakuran kedua suku ini bisa menghadirkan masa depan yang lebih hebat lagi," kata Aher menambahkan.

Baca juga: Aher Resmikan Nama Jalan Padjadjaran dan Siliwangi di Yogyakarta

Meski tak sampai terjadi permusuhan, Aher mengatakan, dampak politik adu domba itu masih dirasakan sampai saat ini. Menurutnya, hal itu itu mengakibatkan adanya rasa sentimen Suku Sunda terhadap Suku Jawa.

Dalam pernikahan misalnya, ada masyarakat Sunda yang melarang menikahi wanita yang berasal dari Suku Jawa.

"Yang boleh laki-laki Jawa menikahi gadis Sunda. Itu yang masih memiliki emosi kolektif, meskipun seiring jalannya waktu itu terkikis. Situasi dan sentimen negatif ini merugikan perjalanan bangsa ke depan," kata Aher.

Maka dari itu, Aher sepakat dengan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk mengakhiri emosi kolektif tersebut. Menurutnya, pemberian nama jalan kerajaan Sunda di DIY merupakan upaya untuk menghapuskan sentimen yang dipicu peristiwa masa lalu.

"Kami ingin mengakhiri sesungguhnya ikatan kita lebih kuat yaitu kebangsaan. Pada hari ini diakhiri dengan hadirnya Jalan Pajajaran dan Jalan Siliwangi, kita akhiri persoalan kejiwaan dan menyatu padu," kata Aher.

Aher pun berjanji akan meniru gagasan yang dilakukan Sultan. Ia juga akan memberikan nama kerajaan Jawa untuk ruas jalan di Jabar. Sebab ia menyadari bahwa saat ini belum ada jalan dengan nama kerajaan Jawa di wilayahnya.

"Ini rekonsiliasi budaya, rekonsiliasi sejarah, rekonsiliasi antar-etnis besar. Tentu saja pengaruhnya besar dalam rangka persatuan dan kesatuan bangsa," kata Aher.

Baca juga: Kini, di Yogyakarta Ada Nama Jalan Siliwangi dan Padjadjaran

Aher mengatakan, realisasi pemberian nama jalan kerajaan Jawa di Jabar akan segera ditindaklanjuti dengan mengumpulkan para tokoh. Ia berencana memberikan nama jalan di kota/kabupaten yang memiliki keterkaitan dengan Kerajaan Pajajaran.

"Bisa di Bandung, Bogor, Ciamis saya kira bisa di berbagai tempat. Termasuk Cirebon dan Sumedang," kata Aher.

"Saya juga berpesan ke Pak De Karwo (Gubernur Jatim) bisa menyusul DIY, sehingga nanti gongnya di Jabar ada Jalan Majapahit dan Jalan Hayam Wuruk," tutur Aher.

Kompas TV Para pelanggar tidak keberatan dengan sanksi yang mereka terima.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com