Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sengitnya Persaingan Batik Jawa Tengah dengan Batik Asal China

Kompas.com - 02/10/2017, 19:20 WIB
David Oliver Purba

Penulis

BANYUMAS, KOMPAS.com -  Besarnya potensi industri batik membuat negeri tirai bambu menjadi pemain yang tak bisa diremehkan. Pengusaha dan perajin batik lokal dituntut mampu berinovasi agar tak tersingkir.

Saat ini, batik tulis asal Jawa Tengah harus bersaing dengan batik printing asal China yang dipasarkan dengan harga amat murah.

Satu kemeja batik asal China dibanderol dengan harga Rp 45.000. Ini jelas jauh lebih murah dibandingkan batik tulis yang harganya mencapai ratusan ribu rupiah.

Selain itu, diversifikasi model dan corak batik Jawa Tengah dinilai masih monoton. Pilihan motif dan warna yang dihasilkan tak seberagam yang diproduksi China.

Baca: Batik Komtemporer Lebih Disukai Generasi Milenial

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tak tinggal diam menghadapi situasi pasar yang memanas. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Jawa Tengah pun melatih para perajin untuk memperkaya desain batik.

Tujuannya, memperkenalkan produk-produk yang lebih "segar" ke pasar. Para pengusaha batik juga diajak bergabung dalam sebuah sistem belanja berbasis online yang sedang dikembangkan Pemerintah Jawa Tengah, yakni Sadewa Market Cyber UMKM.

Produk batik dari Jawa Tengah memang memiliki kekhasan motif yang memiliki tempat di hati penggemar batik.

Sejumlah pejabat tinggi hingga tokoh internasional pernah terlihat mengenakan batik asal Jawa Tengah, seperti Presiden Joko Widodo yang mengoleksi batik asal Pekalongan. Selain itu, mantan pemimpin Afrika Selatan Nelson Mandela kerap mengenakan kemeja batik lengan panjang dalam pertemuan-pertemuan internasional.

Baca juga: 2 Oktober 2009, UNESCO Akui Batik sebagai Warisan Dunia dari Indonesia

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) Jawa Tengah Ema Rachmawati mengatakan, besarnya permintaan batik membuat pelaku industri ini terus meningkat.

Sejumlah pemerintah daerah menerbitkan aturan kewajiban berbatik bagi aparatur sipil negara. Akibatnya, permintaan batik kian meningkat. Permintaan batik juga sampai ke Jerman dan Amerika.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengamati kain batik pada peringatan Hari Batik di Banyumas, Senin (2/10/2017). Ganjar mengaku sering mempromosikan batik Jawa Tengah ke berbagai kegiatan dengan mengenakan batik dan memamerkannya.DAVID OLIVER PURBA/ KOMPAS.com Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengamati kain batik pada peringatan Hari Batik di Banyumas, Senin (2/10/2017). Ganjar mengaku sering mempromosikan batik Jawa Tengah ke berbagai kegiatan dengan mengenakan batik dan memamerkannya.

Hingga akhir 2016, kata Ema, ada 1.611 industri kecil menengah dan 11.347 pembatik di Jawa Tengah yang menggeluti bisnis ini.

"Tiap tahun trennya terus meningkat karena setiap daerah juga diwajibkan menggunakan batik," ujar Ema saat peringatan Hari Batik di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (2/9/2017).

Pemerintah Jawa Tengah, ia melanjutkan, memberikan sertifikat standar kerja nasional kepada para perajin batik. Sertifikasi dilakukan agar ada pengakuan bahwa para perajin merupakan pekerja profesional dalam industri batik.

Motif batik semarang sebenarnya tak melulu Tugu Muda, Lawang Sewu atau bangunan ikonik lainnya. Corak batik semarang yang dominan cerah, memiliki makna historis dari peradaban masyarakatnya dahulu yang melahirkan batik semarang.KOMPAS.com/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Motif batik semarang sebenarnya tak melulu Tugu Muda, Lawang Sewu atau bangunan ikonik lainnya. Corak batik semarang yang dominan cerah, memiliki makna historis dari peradaban masyarakatnya dahulu yang melahirkan batik semarang.


Namun, hingga kini baru 150 perajin yang mendapatkan sertifikasi. Pemerintah Jawa Tengah menargetkan jumlah perajin yang disertifikasi meningkat setiap tahunnya.

"Sertifikasi ini juga ada sisi positifnya. Para pengusaha akan menaikan upah para perajin yang telah disertifikasi," ujarnya.

Secara terpisah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap para perajin mampu melahirkan inovasi produksi batik. Ia menyarankan, batik yang diproduksi menunjukkan kekhasan setiap daerah.

Baca: Pengrajin Batik Kendal Mulai Melirik Corak Jumput

Selain menambah variasi motif, kekhasan batik tiap daerah menjadi sarana promosi potensi-potensi ekonomi di suatu daerah. Misalnya, pariwisata.

"Ada yang desanya punya sejarah panjang atau barangkali potensi lain di sana, misalnya pariwisata atau hewan khas bisa ditempelkan di sana (sebagai motif batik)," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com