Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Tinggi dan Elegi Nelayan yang Jual Perabotan demi Makan

Kompas.com - 30/09/2017, 14:51 WIB
Iqbal Fahmi

Penulis

Kompas TV Hasil Laut Melimpah, Nelayan Gelar Tradisi Sedekah Laut

Pancaroba 

Sementara itu, menurut Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Cilacap, Rendi Krisnawan, gelombang tinggi yang terjadi hampir di sepanjang pesisir selatan Jawa Tengah dan Samudera Hindia dalam sepekan ini tidak terlepas dari fenomena peralihan musim atau pancaroba.

Hujan yang terjadi pada masa transisi ini tidak rutin, karena terkadang diselingi dengan kondisi cuaca yang panas menyengat seiring dengan bergesernya matahari dari utara ekuator ke selatan.

Posisi pergeseran ini sangat terasa ketika matahari tepat berada di atas ekuator, atau biasa disebut dengan fenomena ‘equinox’ pada tanggal 23 September 2017 lalu.

Pergeseran posisi matahari menimbulkan perubahan tekanan udara yang cukup signifikan antara dataran utara (Asia) dan selatan (Australia).

“Wilayah yang menerima energi panas matahari lebih banyak cenderung memiliki tekanan udara rendah,” ujarnya

Dalam bahasa awam, lanjut Rendi, suatu wilayah yang menerima energi matahari lebih besar akan mempunyai suhu lebih panas. Hal ini mengakibatkan udara memuai dan menjadi lebih ringan.

“Materi udara yang ringan ini akan naik, sehingga tekanan udara turun kerena volumenya berkurang,” tuturnya.

Angin di sini, lanjut Rendi, adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke tempat yang memiliki tekanan udara rendah.

“Di masa transisi seperti sekarang, pola angin masih berubah-ubah, namun di wilayah Australia terutama daerah tenggara masih terdapat beberapa daerah bertekanan udara tinggi. Sehingga tren angin beberapa hari belakangan berhembus dari tenggara ke utara,” ujarnya.

Selisih tekanan udara yang cukup lebar antara utara dan selatan ekuator menimbulkan angin dengan kecepatan mencapai 50 kilometer per jam.

“Angin sekencang ini ketika berembus melewati samudera dapat memicu gelombang setinggi empat meter lebih,” ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com