Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Bunuh Anak Gadisnya, Antonius Diduga Habisi Istri dan Bayinya

Kompas.com - 29/09/2017, 22:45 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Tinggal di desa terpencil membuat dugaan pembunuhan yang dilakukan Antonius Batee (53), warga Dusun Aek Lobu, Desa Danau Pandan, Kecamatan Pinangsori, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, lambat terendus polisi.

Kasus pembunuhan anak gadisnya, Safrida Batee (22), baru terbongkar ketika kakek korban Yafeti Batee (74), bertanya-tanya karena sudah lama tidak pernah melihat korban.

Yafeti lalu menghubungi anak pelaku yang lain, Rintah Batee (14) yang sedang berada di Nias pada Rabu (13/9/2017). Dari mulut Rintah diketahuilah bahwa kakaknya sudah meninggal dunia dibunuh ayahnya pada 17 April 2017.

Rintah juga bilang, kalau dirinya memilih pergi ke Nias karena takut dibunuh pelaku. Yafeti begitu terkejut mendengar penjelasan Rintah. Dia lalu menyuruh cucunya itu untuk pulang ke kampung.

(Baca juga: Kronologi Pembunuhan Pengusaha Asal Tangerang oleh Pegawainya di Aceh)

 

Kamis, (28/9/2017), Rintah sampai di Kota Sibolga. Setelah bertemu sang kakek, keduanya lalu membuat pengaduan ke Polsek Pinangsori. Kepada polisi, Yafeti bilang sudah sering bertanya kepada pelaku kemana korban.

Pelaku selalu menjawab kalau korban bersama Rintah merantau ke Nias. Sementara Rintah, kepada polisi mengatakan, kakaknya dikubur tak jauh dari rumah mereka.

Mendengar keterangan kedua pelapor, Kasat Reskrim dan Kanit Reskrim Polsek Pinangsori beserta tim gabungan berkoordinasi dengan kepala desa dan kepala dusun untuk mengetahui keberadaan pelaku.

Informasi yang didapat, pelaku berada di rumahnya bersama dua anaknya yang lain, Rian Batee (13) dan Selestina Batee (6).

Kepala dusun memberitahukan, untuk menuju rumah pelaku dibutuhkan waktu empat jam perjalanan. Polisi harus naik dan turun bukit dengan jurang di kanan-kiri jalan. Sedangkan rumah pelaku persis berada di puncak Gunung Danau Pandan.

Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, pelaku ditangkap tanpa perlawanan. Dia lalu menunjukkan lokasi kuburan anaknya yang hanya berjarak 40 meter dari rumahnya.

Polisi kemudian membuat police line di lokasi kejadian. Berhubung hari sudah malam dan khawatir korban melawan bahkan melarikan diri, polisi lalu memilih jalur lain untuk turun. 

Waktu yang dibutuhkan untuk turun hingga ke anak sungai yang airnya mengalir ke Danau Pandan selama dua jam. Selanjutnya polisi menggunakan perahu bermesin sedang (kutuk-kutuk).

(Baca juga: Pembunuhan dengan Chainsaw , Pelaku Mengaku Tidak Tenang)

 

Sekira pukul 23.40 WIB, tibalah mereka di Polsek Pinangsori. Kapolsek Pinangsori AKP Lumumba Siregar melalui humasnya, AKP Hasanuddin Hasibuan mengatakan, pelaku membunuh korban dengan cara menggorok lehernya menggunakan pisau.

Alasannya karena korban menolak diajak ke kebun untuk memetik daun nilam. "Waktu kejadian, korban baru saja pulang jalan-jalan. Pelaku langsung mengajak korban ke kebun mengambil daun nilam, dijawab korban, malas aku, jangan paksa aku, Pak," ucapnya.

Mendengar jabawan korban, pelaku mengancam kalau tidak mau akan menggorok lehernya.

"Lalu korban menjawab, bunuhlah Pak, kalau berani. Tak lama kemudian, pelaku masuk ke kamar korban sambil membawa pisau pemotong nilam, lalu menggorok leher korban," kata Hasanuddin, Jumat (29/9/2017).

Besoknya, pelaku menyuruh Rintah mengangkat mayat korban namun ditolaknya karena terlalu berat. Akhirnya pelaku yang membopong mayat korban kemudian menguburnya. Tiga minggu seusai meninggalnya korban, Rintah pergi ke Nias karena takut dibunuh pelaku.

"Barang bukti masih kita lidik. Pelaku juga diduga telah membunuh istrinya dengan cara dibakar, dan membunuh anaknya yang masih bayi.

Saat ini pelaku masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Pasal yang akan kita dikenakan 338 KUHPidana dengan ancaman hukuman maksimal seumur hidup," pungkas Hasanuddin.

Kompas TV Seorang warga di Serang, Banten, tega menganiaya istri dan kedua anaknya, karena kesal dibangunkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com