Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Daun Kawa, Kopi Seduhan Daun Khas Sumatera Barat (2)

Kompas.com - 29/09/2017, 07:30 WIB
Rahmadhani

Penulis

Bukan karena tanam paksa

Pakar sejarah dari Universitas Andalas Prof Gusti Asnan justru memiliki pendapat berbeda tentang lahirnya kopi kawa daun ini. Menurut sejarah, kebiasaan meminum kopi kawa daun ini bukan dilatarbelakangi oleh peristiwa tanam paksa yang dilakukan oleh Belanda.

"Jauh sebelum Belanda masuk, orang Minangkabau sudah mengenal daun kopi (kawa) sebagai minuman. Mereka sejak awal memang tidak mengkonsumsi biji kopi untuk minuman," ujarnya mengurai sejarah.

Biji kopi sendiri mulai dikenal ketika akhir abad ke-18, sejak saudagar Amerika datang membeli biji kopi. Saat inilah, orang Minangkabau baru menyadari biji kopi bernilai tinggi daripada yang mereka kenal sebelumnya.

Hal ini menampik anggapan bahwa kopi mulai ditanam di Sumatera Barat sejak Belanda datang ke daerah ini. Alasan lainnya, menurut Gusti Asnan, sebelum kedatangan Belanda, kopi telah tumbuh subur di pedalaman.

(Baca juga: Kisah Pilu di Balik Secangkir Kopi Kawa Khas Payakumbuh)

Sementara itu, Belanda sendiri pada awal abad ke-19 belumlah berhasil masuk ke pedalaman Minangkabau, sehingga tanam paksa kopi tidak bisa disebut sebagai cikal bakal lahirnya kebiasaan minum kopi kawa daun.

Ini artinya, beberapa abad sebelum Belanda datang, kopi kawa daun sudah dikenal masyarakat Minangkabau.

Sementara itu, penerapan tanam paksa kopi dan pemungutan pajak sebesar 20 persen kepada pribumi telah menyebabkan terjadinya peristiwa pemberontakan pajak di Sumatera Barat pada tahun 1908.

Di daerah Kamang, Kabupaten Agam juga meletus pemberontakan serupa yang dikenal dengan Perang Kamang. Hal ini jugalah yang melatarbelakangi kenapa masyarakat sekitar meyakini kebiasaan minum kopi kawa daun lahir akibat tanam paksa dari Belanda.

 

(Habis)

 

Kompas TV Menyajikan Kopi Terkecil di Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com