Dari pengakuan anak gadisnya itu, lanjut Desi, sakit yang dideritanya sudah mulai terasa saat timbul benjolan kecil di payudara sekitar satu setengah tahun lalu.
Saat itu, Ayu tinggal di daerah Tangerang dan bekerja di sana. Kemudian, dia pergi berobat ke bidan seorang diri. Menurut Ayu, sang bidan hanya mengatakan, itu kelenjar susu.
"Waktu itu bidan di sana bilang, enggak apa-apa. Udah periksa 3 kali. Mungkin karena itu, anak saya tidak terlalu khawatir," katanya.
Tapi, lanjutnya, benjolan itu semakin lama semakin membesar. Ayu pun merahasiakan penyakitnya itu dari kedua orangtuanya. Dia tidak bercerita sedikit pun tentang kondisinya.
"Pokoknya, dia ngasih tahu orangtua setelah benjolan udah merah, sudah besar. Makanya, semuanya jadi terlambat. Dari benjolannya kecil sampai gede enggak dirasa, tapi dia tahu," tuturnya.
(Baca juga: Derita Ayu Agustin, Pengidap Kanker Payudara yang Tak Kunjung Dapat Kemoterapi)
Sebelumnya, kisah Ayu menjadi viral di dunia maya. Melalui sebuah video, Ayu yang mengidap kanker payudara memohon pertolongan netizen.
"Buat teman-teman yang punya kepedulian lebih saya minta tolong untuk secepatnya di-kemo (kemoterapi)," kata Ayu dalam video tersebut.
Video itu diambil dan diunggah oleh teman Ayu, Fadila Zazkia Ulfa ke akun Instagram @fadilazu, Senin (25/9/2017). Video tersebut langsung menyebar luas dan banyak mendapat perhatian serta simpati dari warganet.
Akhirnya, Desi bersama suami merawat Ayu dari rumah kontrakan mereka di Kampung Pabuaran Wetan, Desa Ciangsan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Desi mengaku tak bisa mencari rumah sakit lain untuk mengobati anaknya karena keterbatasan ekonomi.
Dia harus bergantung kepada Rumah Sakit Fatmawati karena dirujuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Kalau rumah sakit lain mungkin bisa tetapi tidak pakai BPJS," kata dia.
Desi berharap, anaknya bisa mendapatkan bantuan dari rumah sakit atau pihak pemerintah agar segera menjalani kemoterapi dan operasi pengangkatan kanker.
"Harapan saya pastinya anak saya bisa sembuh, kalau terlalu lama kemo-nya, saya khawatir sudah tidak sempat lagi," ucap Desi lirih.