Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Argumen, Amarah Buni Yani Kembali Pecah dalam Sidang

Kompas.com - 26/09/2017, 12:40 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Sidang pelanggaran UU ITE, dengan terdakwa Buni Yani kembali digelar di Gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Bandung, Jalan Seram, Kota Bandung, Selasa (26/9/2017). Sidang ke-15 tersebut beragendakan pemeriksaan Buni Yani sebagai terdakwa.

Suasana persidangan kembali riuh. Perang argumen dengan nada tinggi menggema di ruang sidang.

Silang pendapat itu dipicu pertanyaan tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menanyakan bukti dari mana Buni Yani mendapat video versi singkat pidato Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Kepulauan Seribu.

Pertanyaan JPU mengarah pada dakwaan yang menyebut Buni melanggar pasal 32 ayat 1 UU ITE karena dianggap telah memotong atau mengedit video pidato Ahok.

"Saya menegaskan, darimana anda dapat video berdurasi 30 detik itu?" tanya salah seorang anggota JPU.

"Saya mendapatkan video itu dari akun Facebook bernama Media NKRI," jawab Buni.

(Baca juga: Amarah Buni Yani Meledak di Persidangan)

Anggota JPU lantas meminta Buni Yani memperlihatkan bukti jejak digital bahwa video itu diunduh melalui gawainya dari akun Facebook Media NKRI.

"Kalau benar men-download pasti bisa diperlihatkan bukti download-nya di handphone," ucap anggota JPU.

Namun, Buni tak bisa memperlihatkan bukti yang diminta oleh JPU.

"Itu kan sudah ada screenshot-nya," ucap Buni.

Tak puas dengan jawaban Buni Yani, tim JPU kembali meminta diperlihatkan bukti asli bahwa video pidato itu didapat dari akun Facebook bernama NKRI.

Lantaran merasa terpojok, tim penasihat hukum Buni Yani memperlihatkan cuplikan layar untuk meyakinkan majelis hakim jika video penggalan pidato Ahok diambil dari akun orang lain.

Kedua pihak lantas dipanggil untuk berdiskusi di meja majelis hakim. Namun pembicaraan keduanya tak terdengar audiens yang hadir di persidangan.

Tiba-tiba, tanpa diketahui pemicunya, Buni marah terhadap tim JPU di muka persidangan.

"Jangan begitu, Anda jangan main fitnah begitu," kata Buni dengan nada meninggi.

"Anda jangan memaksaan kehendak, kan sudah ada di BAP, baca saja di situ," timpal salah seorang penasihat hukum.

Perang opini antar tim penasihat hukum dan tim JPU sempat membuat suasana sidang tegang. Namun, Ketua Majelis Hakim M Saptono buru-buru mendinginkan suasana. Tak berlangsung lama, emosi kedua belah pihak mulai mereda. Sidang pun kembali dilanjutkan.

 

 

Kompas TV Majelis hakim pun mendesak agar jaksa tetap menghadirkan Basuki Tjahaja Purnama sebagai saksi fakta pada persidangan berikutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com