Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Jual Madu, Salahudin Bangun Perpustakan Keliling untuk Anak-anak di Pelosok

Kompas.com - 26/09/2017, 07:00 WIB
Syarifudin

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Salahudin, warga asal Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), rela merogok kocek pribadi dari hasil usahanya demi mencerdaskan anak-anak di pelosok desa.

Dengan memanfaatkan sepeda motornya, Salahudin menyambangi sejumlah permukiman penduduk yang tersebar di desa-desa terpencil di wilayah ujung timur Bima dengan membawa beragam jenis buku untuk mengajak anak-anak gemar membaca.

Pemuda 25 tahun ini memulai kegiatan itu sejak tahun 2014 silam. Dia melakoni kegiatan ini karena merasa prihatin terhadap rendahnya minat baca masyarakat di tanah kelahirannya. Berangkat dari rendahnya minat baca di daerahnya, Salahudin akhirnya merintis gerakan literasi.

“Mudah-mudahan dengan gerakan literasi ini bisa meningkatkan minat baca masyarakat, terutama anak-anak di pelosok desa,” kata Salahudin saat ditemui Kompas.com, Senin (25/9/2017).

Pemuda asal Desa Sangiang, Kecamatan Sape, ini memang sosok pemuda yang gemar dan suka membaca.

Dengan kencintaannya terhadap buku dan membaca, alumni salah satu universitas di Mataram NTB itu mengantarkan dirinya untuk mengabdi demi pendidikan anak-anak di Kecamatan Sape dan Lambu.

Di samping itu, dia juga menggagas perpustakaan keliling untuk memudahkan anak-anak dan masyarakat pelosok desa bisa mengakses ilmu pengetahuan dari buku-buku yang menarik melalui perpustakaan kelilingnya.

Niatnya untuk mencerdaskan anak bangsa terus berlanjut. Dia akhirnya membangun Rumah Baca di kediamannya di Desa Sangiang. Rumah baca tersebut diberi nama “Salahudin Al Ayyubi”, sebuah wadah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan melalui gemar membaca anak pelosok desa.

Untuk mengembangkan perpustakaan tersebut, Salahudin rela merogok kocek pribadi dari hasil usahanya menjual madu.

“Alhamdulillah, kalau ada rezeki dari hasil usaha madu, sebagiannya saya sisipkan untuk transportasi dan kebutuhan lainnya saat keliling desa,” tutur Salahudin.

Dia mengaku, memulai kegiatan ini dari program Sastra Go to School tahun 2014. Kemudian dia mendapatkan rekomendasi dari kepala UPT Dikpora setempat.

Gayung pun bersambut. Para pengawas turut merekomendasikan kegiatan yang digagasnya karena dinilai sangat positif. Pemuda ini memulainya dengan mendatangi sekolah-sekolah di daerah terpencil untuk mengajak anak-anak membaca.

“Dari kegiatan sastra go to school inilah cikal bakal saya menggagas perpustakaan keliling,” ucap Salahudin.

Keseriusan putra asal Bima ini tidak sampai di situ. Selama dua kali dalam sepekan, dia harus menghabiskan waktu dengan berkeliling membawa buku sejumlah desa yang ada di kecamatan di ujung timur Bima itu.

Berbekal motor jenis Honda Supra Fit keluaran lama, dia membawa buku yang dikemas dalam karung dan kardus. Di tiap desa yang dikunjungi, dia harus menyempatkan berhenti lalu menawarkan buku bacaan secara gratis kepada anak-anak.

“Buku yang saya bawa ada macam-macam jenisnya, ada buku bacaan anak-anak, komik dan buku dewasa, serta buku pelajaran lainnya. Buku yang saya peroleh ini, sebagiannya donasi dari swasta dan masyarakat yang peduli terhadap gemar membaca,” tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com