Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terserang Hama, 150 Hektar Kebun Cengkeh di Madiun Punah

Kompas.com - 22/09/2017, 14:04 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

MADIUN, KOMPAS.com - Sebanyak 150 hektar kebun cengkih di Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, punah akibat diserang hama bakteri pembuluh kayu (BPKC). Petani di desa itu kini hanya mengandalkan hasil panen dari manggis dan durian.

"cengkih di sini sudah punah. Bahkan punah sejak empat tahun lalu. Dulu pohon cengkih di sini disebut warga sebagai pohon emas karena saat itu harga cengkih kering mencapai Rp 200.000 per kilogramnya," ujar Kepala Desa Mendak, Nur Cholifah kepada wartawan, Jumat (22/9/2017) siang.

Tingginya harga cengkih saat itu, kata Cholifah, menjadikan petani di Mendak mengagungkan tanaman tersebut. Setiap petani memiliki puluhan tanaman cengkih yang dipanen setiap tahun.

Ia menduga hama itu berawal dari Kabupaten Ponorogo, lalu merambat ke Desa Mendak, Kecamatan Dagangan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo.

Punahnya cengkih di Mendak, kata Cholifah, menjadikan petani hanya mengandalkan hasil panen durian dan manggis. Hanya saja, cuaca yang tidak menentu membuat panen durian dan manggis berkurang.

Baca juga: Mentan Targetkan Serangan Hama Wereng Teratasi Pekan Depan

Menurut Cholifah, saat cengkih masih berjaya di Mendak, satu petani bisa memiliki penghasilan Rp 200 juta hingga Rp 300 juta saat panen tiba.

Cholifah menambahkan, dinas pertanian sudah membantu mengatasi hama yang mematikan pohon cengkih. Namun hama itu tidak bisa dibasmi tanpa mematikan pohonnya.

"Seperti penyakit HIV, hama ini kalau sudah menyerang pohon cengkih tidak ada obatnya. Satu-satunya cara harus dimusnahkan pohonnya lalu dibakar. Setelah itu baru bisa ditanam lagi untuk bisa dipanen," kata Cholifah.

Baca juga: Musnahkan Hama Belalang dari Penyemprotan hingga Ritual Adat

Kompas TV Untuk mengantisipasi tidak langsung habis, Widodo membatasi warga yang memetik maksimal satu kilogram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com