Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Rohingya, Air Mata Para Siswa hingga Rencana Bangun Rumah Sakit

Kompas.com - 05/09/2017, 12:44 WIB
Slamet Priyatin,
Kontributor Samarinda, Gusti Nara ,
Mansur

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ratusan pelajar MA dan MTs Darussaadah Rowosari, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, menggelar doa bersama untuk konflik Rohingya, Selasa (5/9/2017).

Para pelajar itu meneteskan air mata saat mengucapkan doa bersama di halaman sekolah. Dalam doanya, para siswa memohon agar tragedi kemanusiaan yang terjadi di Myanmar segera berakhir dan tidak ada lagi kejadian serupa.

Salah satu siswa MA Darussaadah, Abdul Mufid, mengatakan, dia berharap tragedi di Myanmar tidak lagi terjadi. Dia berharap, pemerintah setempat segera mengakhiri tragedi kemanusiaan ini sehingga kedamaian hadir di Myanmar.

“Mereka saudara kami,” kata Abdul Mufid.

Wakil Kepala MTs Darussadah, Eko Murdiyahwati, mengatakan, pihaknya sengaja menggelar aksi doa bersama untuk muslim Rohingnya. Dia berharap, doa bersama oleh para pelajar ini didengar Tuhan YME.

“Kami hanya bisa mendoakan,“ kata Eko.

(Baca juga: Ridwan Kamil Sebut Bandung Siap Tampung Pengungsi Rohingya)

Dia menambahkan, melalui acara doa bersama ini, pihak sekolah juga ingin mengajarkan kepada siswa mengenai pentingnya kebersamaan.

Sementara itu, di Samarinda, Kalimantan Timur, puluhan tokoh agama berkumpul di gedung utama Maha Vihara Maitreya, Budhist Centre. Bersama Forum Kebangsaan Kaltim, mereka membahas perkembangan konflik Rohingya dan mencari solusi bersama untuk para pengungsi Rohingya.

Pandita Hendri Suwito mengatakan, pihaknya mengutuk keras perilaku di luar perikemanusiaan pada Muslim Rohingya di Myanmar. Sebagai umat Buddha, Hendri menginginkan perdamaian untuk semua agama.

"Kami berkumpul bersama-sama mencari solusi dan bantuan untuk para pengungsi Rohingya. Terkait kondisi di sana, kami cari jalan keluar bersama. Kami mengutuk keras perilaku di luar perikemanusiaan," kata Hendri.

Dia menuturkan, umat Budha di Indonesia berencana membangun rumah sakit di tempat pengungsi Rohingya.

"Umat Buddha berencana membangun rumah sakit di sana. Tapi lokasi tepatnya belum tahu, apakah di Rakhine atau di mana. Tepatnya di daerah pengungsian," ungkapnya.

Hendri berharap pula agar pemerintah Indonesia dan PBB terus berupaya ikut serta membantu meredakan konflik di Myanmar.

"Kami meminta pada pemerintah untuk terus berupaya menjalin komunikasi diplomatik, demikian juga PBB agar konflik Rohingya segera berakhir," ungkapnya.

Aksi damai

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com