Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecam Konflik Rohingya, Tokoh Lintas Agama Kebumen Bertemu di Vihara

Kompas.com - 04/09/2017, 19:59 WIB
Iqbal Fahmi

Penulis

KEBUMEN, KOMPAS.com - Konflik dan krisis kemanusiaan yang terjadi di Rohingya, Myanmar, ditanggapi serius oleh umat muslim dan penganut Agama Buddha di Kebumen, Jawa Tengah.

Senin (4/9/2017), para tokoh lintas agama Kebumen menggelar pertemuan di Vihara Tirta Dharma Loka, Desa Sidoharum, Kecamatan Sempor.

Dalam pertemuan tersebut, para pemuka agama ini menandatangani nota pernyataan sikap untuk mengecam krisis kemanusiaan di negara bagian Rakhine tersebut.

Mereka mendesak Pemerintah Myanmar memberikan perlindungan dan bantuan hak asasi dasar kepada masyarakat yang terkena dampak.

(Baca juga: PBB: 87.000 Pengungsi Rohingya Membanjiri Banglades)

 

Ketua paguyuban umat Buddha Kebumen, Wagiman (63) mengaku prihatin atas peristiwa yang menimpa saudara umat Muslim di Rohingya. Menurut informasi yang berhasil dia telusuri, konflik di negara bagian Rakhine Myanmar, bukan persoalan agama.

Sebab, tidak hanya etnis muslim Rohingya saja yang terkena dampak, namun etnis penganut Hindu dan Buddha juga ikut mengungsi dalam peristiwa konflik di Rakhine.

“Kekerasan dalam bentuk apapun tidak sesuai ajaran Buddha. Kerukunan antar-umat di Kebumen mudah-mudahan tetap terjaga dengan adanya peryataan sikap ini,” tuturnya.

Melihat insiden kemanusiaan tersebut, tokoh agama Islam di Kebumen, Mohamad Abdul Giri (53) meminta masyarakat lebih selektif dan tidak memakan mentah-mentah informasi yang didapatkan dari sumber yang belum jelas keabsahannya.

Hal ini diperlukan untuk mencegah gesekan-gesekan serupa antar-umat beragama di Kebumen khususnya.

“Kita umat Islam harus tabayyun, jangan memakan mentah-mentah informasi yang didapat dari media sosial, harus benar-benar dicari sumber yang sejelas-jelasnya,” ujarnya.

(Baca juga: Kekerasan Rohingya Dinilai Berdampak Buruk bagi HAM di Asia Tenggara)

Kehidupan masyarakat di Desa Sidoharum memang dapat diibaratkan sebuah miniatur dari wajah kerukunan umat beragama di Indonesia.

Kepala Desa setempat, Andri (33) mengungkapkan, di desa yang dipimpinnya, wajar jika ditemukan dua agama dalam satu keluarga.

“Perbedaan agama dalam satu keluarga sudah biasa di Desa Sidoharum. Kalau satu agama sedang ada kegiatan keagamaan, umat agama yang lain gotong-royong membantu. Kalau dilihat, bangunan Vihara juga berdampingan dengan Mushala,” ucapnya.

Pejabat utama Polres Kebumen yang turut hadir dalam acara itu mengapresiasi kehidupan toleransi di Desa Sidoharum.

“Kita lakukan monitoring dan pemantauan. Kita berharap, Kebumen yang sudah kondusif ini selalu terjaga. Masyarakat diimbau agar tidak ikut terbawa situasi di Rohingya,” kata Waka Polres Kebumen Kompol Christian Aer.

Kompas TV Pengungsi Rohingya Terjebak di Perbatasan Myanmar-Banglades
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com