Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Banjir Besar di Hulu Sungai Lamandau Kalimantan Tengah

Kompas.com - 01/09/2017, 21:48 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Banjir besar selama empat hari di Daerah Aliran Sungai (DAS) Lamandau, Kalimantan Tengah surut, Jumat (1/9/2017).

Namun, banjir yang yang sempat membuat Jalan Trans Kalimantan di dekat perbatasan Provinsi Kalimantan Tengah-Kalimantan Barat putus total itu cukup berdampak.

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, hingga Jumat (1/9/2017) sore, sedikitnya 381 rumah warga dari 15 desa di tiga kecamatan (Lamandau, Batang Kawa, Delang) sempat terendam air.

Itu belum termasuk data dari Desa Hulo Jejabo (Kecamatan Delang) dan Landau Kantu (Kecamatan Lamandau).

Rata-rata ketinggian air yang merendam rumah warga antara 1,2 meter hingga 2 meter. Selain itu, banjir merendam dan menyisakan kotoran di bangunan-bangunan publik seperti balai desa, puskesmas pembantu, rumah ibadah, sekolah.

(Baca juga: Banjir di Jalan Trans Kalimantan, Akses Kalbar-Kalteng Putus)

Lima gereja dan sebuah masjid sempat terendam air. Tujuh sekolah dari tingkat PAUD hingga SLTP, beserta perumahan gurunya, tak luput dari genangan air.

Banjir yang terjadi di 15 titik berbeda itu juga menyebabkan tanah longsor, jembatan jebol, dan jalan putus.

Dampak banjir begitu terlihat di obyek wisata pemandian alam dan air terjun (Silikan) Senggilipan.

Sampah dari lumpur, dahan, dan pohon yang terbawa banjir mengotori obyek wisata di Kecamatan Delang ini. Sejumlah fasilitas fisik di sekitarnya pun rusak parah.

"Sekarang sudah surut. Mobil BPBD juga membantu mengangkut warga, seperti untuk keperluan melayat domang (pemimpin adat) di Batang Kawa," kata Plt Kepala BPBD Lamandau, Masdiani, kepada Kompas.com, Jumat (1/9/2017) sore.

Material sampah dari pepohonan yang tercerabut akibat banjir dan longsor di objek wisata air terjun Senggilipan, Kecamatan Delang, Kalimantan TengahKompas.com/Budi Baskoro Material sampah dari pepohonan yang tercerabut akibat banjir dan longsor di objek wisata air terjun Senggilipan, Kecamatan Delang, Kalimantan Tengah
Kendati begitu, banjir besar ini menyisakan pertanyaan dan kekhawatiran karena banjir terjadi di daerah hulu, atau daerah yang lebih tinggi.

(Baca juga: Lebih dari 12.000 Korban Banjir Papua Terancam Kelaparan dan Malaria)

Menurut aktivis lingkungan dari Friends of National Park Foundations (FNPF) Basuki Budi Santoso, banjir dan longsor itu akibat ekosistem di lokasi banjir yang berubah menjadi kawasan perkebunan dan hutan tanaman industri.

"Bencana adalah keniscayaan jika kawasan hulu sebuah daerah tangkapan air terjadi pembabatan hutan. Hulu Sungai Arut dan hulu Sungai Lamandau adalah daerah berkontur rapat yang mestinya terlindungi," ujar Basuki.

"Dari arah Ketapang (Kalimantan Barat) hingga perbatasan Kabupaten Lamandau (Kalimantan Tengah) telah dihancurkan secara masif. Yang terjadi beberapa hari lalu banjir bandang dan tanah longsor menerjang beberapa desa di Delang dan sekitarnya," kata dia.

Kompas TV Gambar udara menggunakan drone menunjukkan Kota Houston, Texas, Amerika Serikat, telah tergenang banjir yang sangat parah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com