Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan Toleransi Antar-umat Beragama dalam Perayaan Idul Adha...

Kompas.com - 01/09/2017, 17:12 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gambaran mengenai silaturahim yang terjalin melalui hari raya dapat dilihat dari kehidupan warga di Dusun Jeruksari, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.

Warga di sana bahu membahu dalam menyembelih hewan kurban yang dilakukan pada Hari Raya Idul Adha, Jumat (1/9/2017).

Saat penyembelihan hewan kurban di Mushala Al Haadi di RT 02 misalnya, warga non-Muslim ikut membantu memotong daging kurban.

Mereka membaur dengan warga lainnya untuk ikut memotong dua ekor sapi yang merupakan hasil iuran warga.

(Baca juga: Berbagai Makna Hari Raya Idul Adha Bagi Said Aqil Siradj)

Seorang warga Nasrani, Kris Wibowo Sulistyo (63), tampak membawa pisau dari rumahnya untuk membantu pemotongan hewan.

Ia yang mengenakan kaus dan celana pendek itu kemudian memisahkan daging sapi dari tulangnya bersama warga lain.

Sambil sedikit bergurau dan mengobrol, tangannya lincah memotong-motong daging. Selesai dipotong-potong, daging sapi ini dibagikan kepada warga yang ada di RT tersebut.

Mereka membagikan tanpa kecuali, termasuk kepada warga yang berbeda agama. Kris bercerita, sejak mushala berdiri pada 2012, sudah empat kali dia ikut membantu memotong daging kurban.

Menurut dia, keterlibatan ini bukan sekadar terlibat gotong royong, melainkan juga turut menciptakan kerukunan dan toleransi antar-umat manusia.

"Sejak mushala berdiri, kami ikut membantu. Dalam kegiatan sehari-hari kami saling membantu," ucapnya.

(Baca juga: Saat Pemimpin Umat Lintas Agama Kunjungi Masjid di Malam Idul Adha...)

Kris juga mengaku dapat daging kurban dari mushala. Dia dan istrinya biasa memasak rendang daging. "Biasanya dimasak rendang oleh istri saya, tetapi masaknya tanpa santan," ucapnya.

Kepala Dusun Jeruksari Eko Suranto mengatakan, di dusun yang dipimpinnya itu ada 500-an kepala keluarga. Sebanyak 20 persen di antaranya merupakan warga non-Muslim. 

Mereka membaur tanpa ada batas dalam interaksi sosial. Bahkan, gotong royong antar-umat beragama sudah menjadi suatu kebiasaan.

Setiap Hari Raya Idul adha, para warga yang berbeda agama ikut membantu memotong dan membungkus daging kurban.

"Sudah menjadi kebiasaan warga di sini saling tolong menolong, begitu juga sebaliknya meskipun di sini tidak ada tempat ibadan untuk non-Muslim tetapi kami saling menjaga kerukunan," ucapnya.

"Semua warga dapat daging kurban tanpa terkecuali," ujar Eko.

Kompas TV Di Pare – Pare, bawang merah biasanya dijual Rp 20 ribu, kini harganya Rp 18 ribu. Penurunan juga terjadi pada harga bawang putih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com