Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berada di Lokasi Situs Bersejarah, Pembangunan IPAL Diprotes Warga

Kompas.com - 30/08/2017, 14:07 WIB
Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Warga Gampong (desa) Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh memprotes pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan tersebut. Selain menimbulkan bau tak sedap, IPAL itu akan menggusur situs bersejarah. 

Protes itu disampaikan tetua gampong, arkeolog, dan warga Gampong Pande. Mereka mendatangi lokasi pembanguan IPAL dan mendesak pembangunan IPAL dihentikan. 

Sebab, kawasan tersebut merupakan tapak kerajaan Kutaraja abad ke-16 yang kini masih menyisakan banyak peninggalan sejarah. Sedikitnya sembilan batu nisan kuno ditemukan saat pengerukan lahan dilakukan.

Kemudian nisan-nisan ini dipindahkan dan disusun berjajar rapi di kawasan pembangunan proyek IPAL. Batu nisan yang ditemukan itu diperkirakan berasal dari lima makam.

(Baca juga: Museum Bangkrut dan Ditutup, Lokomotif Bersejarah Terpaksa Dilelang)

Berdasarkan corak dan bentuknya, para arkeolog mengatakan, nisan itu milik makam ulama dan bangsawan pada abad 16 hingga 17 Masehi, saat kerajaan Kutaraja berdiri. Kerajaan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya kota Banda Aceh.

Arkeolog Aceh, Husaini Ibrahim mengatakan, situs sejarah ini berkaitan erat dengan awal mula Islam di Aceh dan nusantara. Karena itu, situs tersebut harus diselamatkan.

"Bukan hanya situs yang dilihat, tapi kawasan besar tempat bersejarah semuanya harus diselematkan," ujar Husaini Ibrahim, Rabu (30/8/2017).

Husaini mengatakan, pembangunan IPAL ini melanggar. Karena berdasarkan UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya disebutkan, tempat yang bersejarah harus dilindungi.

“Untuk itu, Pemerintah Kota Banda Aceh harus bertanggung jawab atas rusaknya situs sejarah ini. Pemerintah harus bertanggung jawab. Kalau kita berbicara kebesaran bangsa, bangsa itu harus ada peninggalan sejarahnya. Maka tempat bersejarah harus diselamatkan," ucapnya.

(Baca juga: Revitalisasi Kawasan Sunda Kelapa Tak Ubah Desain Bangunan Bersejarah)

Sesepuh Gampong Pande, Adian meminta agar proyek itu dapat dihentikan dan dialihkan ke lokasi lainnya.

“Selama ini warga sudah sangat terusik dengan bau sampah. Sejak tahun 2006 warga sudah protes atas keberadaan TPA itu, namun tidak ditanggapi. Kini di daerah itu akan dibangun lagi IPAL,” tuturnya.

Menurutnya, situs sejarah Gampong Pande harus diselamatkan dan pemerintah harus mencari lokasi lain untuk membangun IPAL.

IPAL ini merupakan proyek senilai Rp 107 miliar yang dibiayai APBN sejak tahun 2015. Pembangunan ini berlokasi di dalam kompleks tempat pembuangan akhir (TPA) Gampong Jawa Kota Banda Aceh yang memiliki luas sekitar satu hektare.

IPAL juga masuk dalam proyek strategis nasional. Sebab sebanyak 500 rumah tangga di kawasan Peuniti Banda Aceh akan membuang limbah (tinja) ke instalasi tersebut.

Kompas TV Upaya pelestarian kerukuan warga Mataram yang heterogen digelar di wilayah Ampenan Mataram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com