Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Prima, Peraih Medali Emas di SEA Games yang Dibohongi Sang Ayah

Kompas.com - 25/08/2017, 15:56 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Suasana haru dan bangga mewarnai pasangan Putu Aryasa dan Nurhayani yang tinggal di Purwanggan, Pakualaman, Kota Yogyakarta.

Kebahagiaan keluarga ini karena putra nomor dua mereka, Prima Wisnu Wardhana berhasil mengharumkan nama bangsa dan negara dengan mempersembahkan medali emas kedua bagi Indonesia di ajang SEA Games 2017 Malaysia dari cabang panahan nomor compound individu putra.

Hasil yang diperoleh oleh Prima Wisnu Wardhana merupakan buah dari kerja keras yang dijalaninya sejak lama.

Prima, panggilan Prima Wisnu Wardhana, bahkan sempat gagal ke SEA Games 2015 di Singapura karena tidak lolos seleksi.

"2015 itu SEA Games di Singapura, tetapi saya tidak berangkat. Sebelum SEA Games itu kan ada seleksi untuk tim inti, dan saya waktu itu tidak lolos," ujar Prima Wisnu Wardhana saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Jumat (25/8/2017).

Baca juga: SEA Games 2017, Emas Terakhir Panahan Jadi Milik Indonesia

Kegagalan saat seleksi tim inti SEA Games 2015 di Singapura menjadi pelecut semangat bagi Prima untuk menjadi lebih baik lagi. Terlebih saat itu dirinya mendapat suntikan motivasi dari salah satu pelatih agar tidak putus asa dan membuktikan diri di ajang PON Jawa Barat.

Remaja yang saat ini menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini lantas berlatih dua kali lipat lebih keras dibandingkan sebelumnya demi bisa meraih cita-citanya ke SEA Games Malaysia, dan akhirnya meraih medali emas.

Setiap hari, kecuali Sabtu, remaja yang waktu kecil menyukai sepak bola ini berjalan kaki dari rumahnya menuju Pura Pakualaman untuk berlatih. Pada hari tidak ada mata kuliah, Prima berlatih dari pukul 09.00 WIB sampai hampir magrib.

Di saat ada jadwal kuliah di UNY, Prima pun mencuri waktu agar bisa berlatih. Setiap ada waktu jeda kuliah atau kuliah siang, ia pun menyempatkan diri menuju lapangan panah di UNY untuk mengasah kemampuannya.

"Saya latihan di Pura Pakualaman sampai magrib, kalau ada jeda kuliah juga latihan di UNY. Sering juga kalau kuliah siang, pagi saya latihan dulu di UNY," urainya.

Setelah gagal dalam seleksi SEA Games di Singapura, berkat kerja keras dan ketekunanya berlatih, Prima meraih posisi pertama di kualifikasi PON 2016 Jawa Barat. Namun ia tersisih di babak eliminasi.

Namun demikian, karena posisinya berada di peringkat atas, Prima dipanggil untuk tim SEA Games Malaysia.

"Saya di kualifikasi nomor 1 tapi eliminasinya kalah, saat beregu di PON Jawa Barat dapat perak. Hasil PON kemarin lalu dibuat tim SEA Games diambil yang peringkat atas," bebernya.

Pesaing lebih berat

Diceritakannya, pada babak final ia bertemu dengan atlet asal Malaysia yang masuk peringkat terpaut jauh dari dirinya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat remaja kelahiran 13 Oktober 1995 ini untuk berjuang habis-habisan meraih medali emas. Ia juga sempat melakukan meditasi untuk menenangkan dirinya sebelum bertanding.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com