Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Pungli pada Pendaki Gunung Guntur di Garut

Kompas.com - 24/08/2017, 19:39 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

GARUT, KOMPAS.com - Video dugaan pungutan liar kepada kelompok pendaki yang hendak mendaki Gunung Guntur di Kecamatan Tarogong Kaler viral di media sosial Instagram.

Dalam video yang diunggah oleh pemilik akun @enopita11 tersebut para pendaki dicegat di tengah jalan oleh seorang warga yang mengaku-ngaku sebagai "ketua".

Dalam video tersebut, beberapa pendaki yang akan mendaki melalui jalur pendakian Citiis, dihadang oleh orang yang diduga warga sekitar. Orang yang menggunakan baju merah dengan menggunakan topi tersebut, meminta uang sebesar Rp 2.500 per orang.

Permintaan uang tersebut, ditolak oleh sekelompok pendaki. Namun, pria tersebut berusaha menghalangi jalan para pendaki dan terus meminta uang.

Enopita Azhar (25), pemilik akun @enopita11 yang mengunggah video tersebut dalam akun instagramnya saat dihubungi lewat telepon genggamnya menceritakan, kejadian dalam video tersebut terjadi pada 19 Agustus 2017 lalu saat dirinya bersama enam orang rekannya naik ke Gunung Guntur.

Menurut Nopita, sebelum melakukan pendakian, dirinya melakukan pendaftaran di basecamp, petugas yang menerima pendaftaran menyampaikan selama bulan Agustus pendakian tidak dipungut biaya apapun termasuk untuk Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi).

Baca juga: Viral, Wanita Pengendara Motor Tabrak Polisi Saat Kabur dari Razia

Nopita yang dihubungi lewat telepon genggamnya Kamis (24/8/2017) mengaku, ada permintaan uang di basecamp tapi sifatnya sukarela yang katanya untuk pembangunan masjid. Rombongannya pun ikut menyumbang.

Selesai registrasi, Nopita pun akhirnya melanjutkan perjalanan. Belum sampai pos I, di tengah perjalanan ada seorang laki-laki dewasa yang menghadang dan meminta uang sebesar Rp 2.500 per orang.

"Ngakunya ketua di situ, saya juga tidak tanya ketua apa, katanya untuk perbaikan jalan, karena dari pendaftaran sudah dibilang tidak ada biaya, rombongan kita tidak ngasih," katanya.

 

STOP PUNGLI !! . . 18-20 Agustus lalu kami melakukan pendakian Mt.Guntur 2.249 mdpl via Citiis. Saat di basecamp sebelum memulai pendakian, dijelaskan oleh pihak pengelola bahwa selama bulan Agustus pendakian Mt.Guntur free simaksi dan (seharusnya) tidak ada pungli. Tapi saat dalam perjalanan menuju Pos 1, kami dihadang oleh seorang laki2 paruh baya (sekitar 40an th) yg menyatakan diri sebagai "Ketua". Laki2 tsb meminta kami membayar 2.500 per-org. Kami menolak dg tegas, dan karena kami menolak laki2 tsb semakin menjadi2. Dia menghadang dan menarik2 lengan kami sambil mengancam dg senjata tajam golok dan sekop pasir (Bahkan perempuan pun diancam dan ditarik2). . Pungli seperti ini sangat meresahkan!! Mohon ditindak tegas. . Cc @cel_mrcl @raiinys @rahaditiya @kazamasayuuya @parryditya @mountnesia @pendaki_gunung @gunungindonesia . #viralkan #sebarkan #terangkanlah #etaterangkanlah #stoppungli #nopungli #guntur #mtguntur2249mdpl #garut #pariwisatagarut #exploregarut #jawabarat #pendakiindonesia #id_pendaki #pendakiid #mountainesia #mountnesia #anakgunung #pecintaalam #pecintagunung #exploregunung #exploreindonesia #urbanhikers

A post shared by @enopita11 on Aug 22, 2017 at 9:38pm PDT

Nopita menuturkan, bukan hanya rombongannya yang dimintai uang. Ada rombongan lain yang hendak mendaki juga dimintai uang. Rombongan itu akhirnya memberikan Rp uang kepada lelaki tersebut.

"Mungkin karena takut, jadi ngasih Rp 15.000 ada 9 orang," katanya.

Nopita menduga rombongan yang berasal dari Jakarta Utara tersebut takut karena pria itu membawa golok dan sekop pasir. Apalagi, pria tersebut sempat mengancam dengan memegang goloknya jika tidak memberi uang.

Nopita sendiri sempat ditarik oleh pria tersebut karena tidak mau membayar. Namun, saat itu Nopita membela diri. Akhirnya, teman laki-lakinya yang ditarik oleh pria tersebut. Namun, tetap tidak memberi uang.

Dari komentar yang masuk ke akun instagramnya, menurut Nopita ada yang menyebut pria tersebut tidak waras. Namun, menurut Nopita dari cara bicaranya menurut Nopita pria tersebut tidak mengalami gangguan jiwa.

"Kalau memang gila, harusnya jangan dibiarkan, bisa lebih bahaya, bawa senjata tajam segala," katanya.

Nopita mengaku baru pertama kali mendaki ke Gunung Guntur, pengalaman ini membuat dirinya kapok. Karenanya, dirinya berharap masalah pungli tersebut bisa diselesaikan. Apalagi, dirinya juga sering dengar soal isu pungli di Gunung Guntur.

"Kalau ada biaya baiknya jelaskan dari awal, jangan sampai masalah ini berdampak ke dunia wisata di Jawa Barat," katanya.

Kompas TV Rencana pencabutan BPJS dan Kartu Jakarta Pintar bagi pelanggar trotoar mendapat reaksi beragam dari masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com