Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamatkan Batik Besurek Khas Bengkulu!

Kompas.com - 19/08/2017, 20:08 WIB
Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Basuki Hadimuljono dan istrinya membeli kain batik khas Bengkulu, Besurek, dalam acara Karya Kreatif Indonesia 2017 yang digelar Bank Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (19/8/2017).

Motif batik besurek Bengkulu cukup menarik perhatian dengan warna hitam bercorak Bunga Rafflesia dan seni tulisan huruf Arab.

"Tadi Pak Menteri dan istri ikut belanja batik yang dibuat pengerajin Bengkulu, pembatik awalnya tidak tahu jika yang belanja itu menteri, mereka tahu setelah Pak Menteri selesai belanja," kata Deputi Bank Indonesia, Bengkulu, Christin Sidabutar.

Baca juga: Puluhan Model Peragakan Busana Batik di Jalanan Banyuwangi

Selain Menteri PPUR dan istri, indahnya batik Besurek juga mendapatkan pujian dari istri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mufidah Jusuf Kalla.

"Motif batiknya unik, kita langsung tahu kalau ini dari Bengkulu," kata Christin menirukan ungkapan Mufidah Kalla saat mengunjungi stan pembatik asal Bengkulu.

Dalam agenda kali ini, Bank Indonesia wilayah Bengkulu melibatkan para perajin Besurek asal Bengkulu. Selama ini, BI Bengkulu konsisten membina para perajin batik Besurek.

"Selain memamerkan, menjual karya perajin Bengkulu, pada gelaran ini kami juga mengajak perajin Bengkulu untuk bertukar pengalaman dengan pembntik lain dari seluruh Indonesia," jelas Christin.

Gempuran batik cetak

Saat ini, eksistensi batik Besurek Bengkulu dalam kondisi memprihatinkan bila pemerintah daerah tak segera melakukan upaya penyelamatan. Terutama di tengah tingginya gempuran batik cetak dan menyebabkan batik tulis tangan yang merupakan warisan Bengkulu semakin tergerus.

Batik cetak dinilai lebih efektif dan efesien dalam industri batik, dan hal itu turut pula menggeser batik tulis tangan.

Dony Roesmandani, pemilik Ben's Collection kain batik besurek khas Bengkulu mengungkapkan, gempuran batik cetak atau sablon tak mampu mereka bendung. Satu per satu karyawan yang awalnya berjumlah 25 orang terpaksa ia rumahkan karena sepinya pembeli batik tangan.

"Pada tahun 1990 kami mempekerjakan 25 orang karyawan. Saat itu belum dikenal batik cetak seperti saat ini. Namun seiring waktu teknologi berkembang, batik tangan mengalami penurunan permintaan dan kami terpaksa merumahkan karyawan," katanya.

Saat ini, Dony hanya mempekerjakan tiga karyawan untuk membuat batik tulis. Dony menceritakan, sesungguhnya kualitas batik tangan atau batik besurek Bengkulu jauh lebih bagus dibandingkan dengan hasil cetak atau sablon. Namun perajin kalah pada efiseinsi waktu.

"Batik tulis tangan untuk satu meter dikerjakan sekitar satu hari, kalau batik cetak sehari bisa menghasilkan ribuan meter," ungkapnya.

Ia juga menyatakan, dengan tingkat kerumitan, mempertahankan seni keindahan tulis batik dan ciri khas batik Besurek Bengkulu membuat pengerjaannya menjadi lama. Selain itu, tingginya tingkat kerumitan membuat batik tersebut dihargai mahal.

Baca juga: Kunjungi Pekalongan, Ganjar Borong Batik

Untuk satu meter batik tangan kain Besurek Bengkulu paling murah Rp 75.000 per meter dan paling mahal Rp 750.000 per meter. Bandingkan dengan harga batik cetak atau sablon yang dijual Rp 35.000 per meter.

Murahnya harga batik cetak, selain menggusur tenaga kerja, juga membuat usaha kecil pembuatan batik tangan di Bengkulu menyusut.

Kompas TV Arti Pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Bank Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com