Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelegak Nasionalisme dalam Kreasi Mural di Solo pada Hari Kemerdekaan

Kompas.com - 19/08/2017, 13:16 WIB
Kontributor Surakarta, Michael Hangga Wismabrata

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Berbagai seni jalanan atau street art mewarnai perayaan kemerdekaan Indonesia di Kota Solo, Jawa Tengah. Sejumah seniman bersama-sama menghias tembok sepanjang 30 meter di salah satu sudut Kota Solo.

Karya seni lukis tembok menjadi daya tarik bagi warga Kota Solo dalam peringatan kemerdekaan ke-72 RI.

Salah satu seniman kawakan Indonesia, Sardono W Kusuma menjelaskan, ide menghias tembok tersebut berawal dari keinginan kaum muda di Kota Solo untuk memaknai nasionalisme melalui sebuah karya lukis.

Diskusi panjang dilalui bersama para seniman muda di Solo, hingga akhirnya muncul keinginan untuk mengangkat street art di salah satu tembok di kawasan perempatan Nonongan, Kecamatan Serenga, Kota Solo, Jawa Tengah.

"Kami berdiskusi panjang, mulai dari kenapa harus mural dan apa yang akan diangkat. Kami dan anak anak muda Kota Solo menyebutnya street art yang menjadi gelegak nasionalisme," kata Sardono, Jumat (18/8/2017).

Sardono menjelaskan bahwa proses melukis tersebut direncanakan selesai dalam 10 hari. Hingga saat ini, penggarapannya masih dilakukan oleh sejumlah seniman.

Sejumlah lukisan tokoh kemerdekaan dan slogan pada zaman perjuangan tak luput tertoreh, semisal slogan "Indonesia Never Again the Life Blood of Any Nation" yang pernah tertulis di tembok di Kota Jakarta usai Proklamasi.

(Baca juga: Warga Kampung di Makassar Upacara HUT RI di Sungai)

Selain itu juga terlihat lukisan dua proklamator, Soekarno-Mohammad Hatta. Lukisan kedua tokoh tersebut tampak sedang berorasi di depan ribuan masyarakat.

Adapun salah satu lukisan yang menjadi daya tarik warga adalah sosok Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Ekspresi wajah Susi dengan latar belakang lautan, dengan seorang bajak laut di sampingnya, seakan menyampaikan pesan untuk memerangi segala bentuk penjajahan dan penjarahan kekayaan laut di Indonesia.

Lukisan wajah Susi Pudjiastuti di perempatan Nonongan, Kota Solo, Sabtu (19/8/2017).KOMPAS.com/ M Wismabrata Lukisan wajah Susi Pudjiastuti di perempatan Nonongan, Kota Solo, Sabtu (19/8/2017).
Menurut salah satu seniman, Sonny Hendrawan, ada enam pelukis yang terlibat dalam penggarapan street art tersebut. Para seniman tersebut mulai melukis sejak hari Minggu (13/8/2017) atau lima hari lalu.

"Kami mulai menggarap dari pukul 19.00 WIB sampai 06.00 WIB setiap hari sejak hari Minggu lalu," kata Sony, Jumat (18/8/2017).

Sony menambahkan bahwa proses perizinan sudah didapat dari pemilik, yaitu Sardono W Kusuma.

"Pak Sardono sudah memberikan izin dan kami juga berharap pemerintah akan juga memberikan izin lokasi-lokasi lain sebagai media street art di Solo," kata Sony.

(Baca juga: Superman hingga Gatotkaca Ikut Upacara HUT ke-72 RI di Borobudur)

Hal senada juga diungkapkan Irul Hidayat, yang menyatakan bahwa karya mural ini diharapkan menjadi inspirasi bagi publik dan memaknai bukan sebagai bentuk konstruktif dan bukan destruktif.

"Karya mural ini menjadi narasi dari historis perjalanan bangsa ini hingga pada situasi penting tentang kedaulatan bangsa dan negara Indonesia kontemporer ini, salah satunya mengangkat kedaulatan sebagai bangsa maritim," kata Irul, Sabtu (19/8/2017).

Hingga saat ini sudah puluhan kaleng cat ludes untuk melukis mural dengan tinggi 6 meter tersebut.

"Saat ini proses pengerjaannya sudah 80 persen dan selain gambar, rencananya juga akan kutipan puisi dari legenda penyair Indonesia, Chairil Anwar," kata Irul.

Kompas TV Seorang seniman mural di Afrika Selatan melakukan kampanye kebersihan dengan cara melukis tembok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com