Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yudha Pratomo M
Dosen

Penulis adalah dosen di jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Sriwijaya.

Palembang dan Tantangan Bonus Demografi

Kompas.com - 18/08/2017, 11:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLatief

KOMPAS.com - Pada Pembukaan UUD 1945, Indonesia secara tegas menyatakan bahwa "Kemerdekaan adalah hak segala bangsa". Artinya, secara de facto dan de jure Negara Indonesia merdeka dan berumur 72 tahun.

Sebagai bangsa yang sudah berjalan lebih dari setengah abad, Indonesia telah mengalami dan melewati berbagai rintangan dan problematika yang tidak sedikit. Dan, salah satu isu yang harus menjadi perhatian untuk menjawab tantangan kemerdekaan itu adalah bonus demografi.

Ledakan penduduk adalah salah satu isu paling penting saat ini dan harus mendapatkan prioritas pembahasan, terlebih isu ini akan sangat berkaitan langsung dengan pengembangan sumber daya manusia, terutama generasi muda Indonesia di masa akan datang.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pada 2020-2030 nanti Indonesia akan memasuki era ledakan penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang mencapai 70 persen.

Artinya, Indonesia akan memiliki anak-anak muda yang melimpah di era 2020-2030 tersebut. Di satu sisi, ini bisa menjadi masalah ke depan, namun di sisi lainnya ini bahkan menjadi potensi luar biasa bagi bangsa Indonesia.

Lalu, bagaimana menjadikan ini sebagai potensi yang bisa dimanfaatkan untuk memajukan negara ini?

Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam sambutannya saat memperingati 39 tahun diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia tahun lalu menyatakan bahwa Indonesia memiliki keuntungan berkat demografi penduduk muda yang bisa menjadi source of growth atau sumber pertumbuhan.

Itu menjadi catatan penting, terutama jika kita bisa memanfaatkan ledakan jumlah anak muda secara signifikan. Maka, tak tertutup kemungkinan Indonesia akan menjadi negara maju ke depannya.

Kita tahu, setelah reformasi pada 1998 silam, sistem pemerintahan Indonesia telah berubah menjadi lebih demokratis dan terbuka. Kewenangan yang dulu terpusat, melalui UU No 22 tahun 1999 (sekarang UU No 12 tahun 2008) tentang otonomi atau pemerintahan daerah telah ditetapkan bahwa tiap daerah di Indonesia punya kewenangan lebih untuk mengatur daerahnya sendiri.

Itu artinya, kesempatan masyarakat daerah untuk berpartisipasi menjadi lebih terbuka. Kini, tingga cara masing-masing pemerintah melakukan inovasi dan kreatif membangun dan memajukan derahnya masing-masing.

Inisiatif Palembang

Salah satu kota yang cukup agresif dalam pembangunan adalah Kota Palembang. Sebagai satu dari dua kota yang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan 18th Asian Games 2018, "kota pempek" ini sedang gencar melakukan pembangunan infrastruktur dan prasarana untuk menyambut ajang empat tahunan pada level negara-negara Asia tersebut.

Artinya, Palembang harus mempersiapkan diri secara matang untuk menyambut para tamu yang akan dari berbagai negara Asia. Maka, tidak berlebihan jika kita harus memulai untuk menjawab tantangan kemerdekaan itu dari kota ini.

Tentu, menjadi hal yang lumrah, jika Kota Palembang dapat dikatakan menjadi salah satu tolak ukur kemajuan negara Indonesia. Selain terpilih menjadi tuan rumah Asian Games, Palembang juga memiliki sejarah peradaban kuat.

Dalam banyak literatur, Palembang termasuk salah satu kota tertua di Nusantara. Hal itu seperti tertulis pada Prasasti Kedukan Bukit (1334 tahun) dan merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya, salah satu kekuatan besar politik dan ekonomi Asia Tenggara pada zamannya.

Tak hanya itu. Wilayah kekuasaan Palembang bahkan disinyalir sampai ke Madagaskar. Hal inilah yang seharusnya bisa menjadi acuan untuk terus memajukan Palembang ke depan. Asean Games hanya sebuah trigger saja. Selanjutnya, bagaimana Palembang menjawab tantangan itu?

Foto udara pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Zona Ampera pembangunan LRT Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (27/7/2017). Perkembangan pengerjaan LRT/Kereta Ringan sepanjang 23,4 km dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dan berujung di Jakabaring Sport City (JSC) tersebut saat ini sudah mencapai 46,68 persen dan pembangunannya terus dikebut. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww/17. ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI Foto udara pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Zona Ampera pembangunan LRT Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (27/7/2017). Perkembangan pengerjaan LRT/Kereta Ringan sepanjang 23,4 km dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dan berujung di Jakabaring Sport City (JSC) tersebut saat ini sudah mencapai 46,68 persen dan pembangunannya terus dikebut. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww/17.
Pendidikan dan Kepemudaan

Kembali ke isu utama, akan meledaknya jumlah usia produktif atau generasi muda pada 2030 nanti, maka, sebagai salah satu kota tertua dan memiliki sejarah peradaban kuat, sudah menjadi hal wajib bagi Palembang untuk memberikan komitmen kuat dalam upaya pembangunan dan pemberdayaan bagi kelompok-kelompok usia produktif.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palembang, pada 2013 saja jumlah usia produktif (15-64 tahun) di kota ini mencapai angka 69,24 persen dari total penduduk sebanyak 1.535.000 jiwa.

Itu artinya, ada sebanyak 1.062.834 penduduk yang telah masuk kategori sebagai kelompok usia produktif. Jika asumsi kenaikan laju penduduk setiap tahunnya adalah 1,01 persen, maka saat ini Palembang punya sekitar 1.105.350 penduduk usia produktif.

Itu belum selesai. Jika dikalkulasi lagi, pada 2030 nanti, Palembang juga akan memiliki jumlah penduduk sebesar 1.736.545 jiwa dengan kelompok usia produktif 70 persen dari jumlah tersebut atau sekitar 1.215.581.

Merujuk itu, perlu juga kita merujuk kalimat inspiratif Nelson Mandela, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world”. Pejuang kemerdekaan asal Afrika itu menekankan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.

Artinya, pendidikan adalah prioritas utama yang harus dikedepankan Palembang jika ingin menjadikan kota ini sebagai prototip pembangunan nasional. Langkah itu harus dipersiapkan.

Karena memang, angka melek huruf Kota Palembang sudah cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya di Sumatera Selatan, yaitu 98,47 persen (BPS, 2013). Namun, jika kita lihat angka partisipasi murni, semakin tinggi umur seseorang, semakin kecil tingkat partisipasinya di dunia pendidikan.

Data BPS pada 2013 memaparkan bahwa angka partisipasi pendidikan pada usia 7-12 tahun adalah 92,58 untuk laki-laki dan 84,06 untuk perempuan. Sedangkan pada usia 16-18 tahun hanya sekitar 54,30 persen untuk laki-laki dan 63,50 persen untuk perempuan.

Artinya, Palembang mempunyai tantangan besar untuk meningkatkan level pendidikan masyarakatnya dari pendidikan dasar menuju ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Angka itu juga menunjukkan jumlah penduduk yang mengenyam bangku perkuliahan di Palembang masih relatif kecil. Padahal, bangku kuliah adalah tempat anak-anak muda bisa bereksplorasi dan menemukan inovasi-inovasi, sebelum nantinya mereka terjun ke masyarakat.

Sebagai orang yang beruntung bisa mencapai jenjang strata pendidikan tertinggi, maka perlu kiranya kita mendorong anak-anak muda Palembang untuk bersekolah sampai pada level pendidikan tertinggi. Karena, di sanalah mereka akan ditempa menjadi anak-anak muda yang mandiri dan punya keahlian khusus di bidangnya masing-masing.

Langkah konkret yang bisa ditempuh adalah menyediakan kuota beasiswa khusus bagi siswa-siswi berprestasi dan layak untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat universitas atau perguruan tinggi.

Kedua, bidang kepemudaan. Banyak wadah kegiatan yang harus dipenuhi oleh anak-anak muda, mulai karang taruna hingga himpunan kepemudaan lainnya. Ini untuk mengangkat keyakinan bahwa pemuda adalah aset paling penting untuk menggerakkan perubahan.

Maka dari itu, menciptakan sebuah sistem pemberdayaan yang kuat untuk anak-anak muda di Palembang harus menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan kota ini. Karakter pemuda yang aktif, kreatif, inovatif, dan melek teknologi harus dikombinasikan dalam satu wadah yang bisa membuahkan hasil.

Ketiga, kita perlu mendorong berbagai usaha anak-anak muda yang masih konvensional untuk memanfaatkan teknologi sebagai strategi melebarkan usahanya melalui digital marketing. Karena kita tahu, saat ini dunia digital sudah banyak digunakan para pelaku usaha untuk mendorong usahanya agar lebih maju dan berkembang.

Sekali lagi, bonus demografi atau ledakan penduduk sejatinya bukan menjadi penghalang bagi bangsa Indonesia untuk maju. Jika ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka bukan tidak mungkin suatu saat nanti Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dan disegani oleh bangsa-bangsa lainnya.

Kini, semuanya tergantung pada proses kita mempersiapkan generasi penerus bangsa yang unggul untuk menjawab tantangan kemerdekaan. Minimal, kita memulainya dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, termasuk dari Palembang.

Selamat HUT Kemerdekaan RI ke-72!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com