Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yudha Pratomo M
Dosen

Penulis adalah dosen di jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Sriwijaya.

Palembang dan Tantangan Bonus Demografi

Kompas.com - 18/08/2017, 11:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLatief

Tak hanya itu. Wilayah kekuasaan Palembang bahkan disinyalir sampai ke Madagaskar. Hal inilah yang seharusnya bisa menjadi acuan untuk terus memajukan Palembang ke depan. Asean Games hanya sebuah trigger saja. Selanjutnya, bagaimana Palembang menjawab tantangan itu?

Pendidikan dan Kepemudaan

Kembali ke isu utama, akan meledaknya jumlah usia produktif atau generasi muda pada 2030 nanti, maka, sebagai salah satu kota tertua dan memiliki sejarah peradaban kuat, sudah menjadi hal wajib bagi Palembang untuk memberikan komitmen kuat dalam upaya pembangunan dan pemberdayaan bagi kelompok-kelompok usia produktif.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palembang, pada 2013 saja jumlah usia produktif (15-64 tahun) di kota ini mencapai angka 69,24 persen dari total penduduk sebanyak 1.535.000 jiwa.

Itu artinya, ada sebanyak 1.062.834 penduduk yang telah masuk kategori sebagai kelompok usia produktif. Jika asumsi kenaikan laju penduduk setiap tahunnya adalah 1,01 persen, maka saat ini Palembang punya sekitar 1.105.350 penduduk usia produktif.

Itu belum selesai. Jika dikalkulasi lagi, pada 2030 nanti, Palembang juga akan memiliki jumlah penduduk sebesar 1.736.545 jiwa dengan kelompok usia produktif 70 persen dari jumlah tersebut atau sekitar 1.215.581.

Merujuk itu, perlu juga kita merujuk kalimat inspiratif Nelson Mandela, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world”. Pejuang kemerdekaan asal Afrika itu menekankan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.

Artinya, pendidikan adalah prioritas utama yang harus dikedepankan Palembang jika ingin menjadikan kota ini sebagai prototip pembangunan nasional. Langkah itu harus dipersiapkan.

Karena memang, angka melek huruf Kota Palembang sudah cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya di Sumatera Selatan, yaitu 98,47 persen (BPS, 2013). Namun, jika kita lihat angka partisipasi murni, semakin tinggi umur seseorang, semakin kecil tingkat partisipasinya di dunia pendidikan.

Data BPS pada 2013 memaparkan bahwa angka partisipasi pendidikan pada usia 7-12 tahun adalah 92,58 untuk laki-laki dan 84,06 untuk perempuan. Sedangkan pada usia 16-18 tahun hanya sekitar 54,30 persen untuk laki-laki dan 63,50 persen untuk perempuan.

Artinya, Palembang mempunyai tantangan besar untuk meningkatkan level pendidikan masyarakatnya dari pendidikan dasar menuju ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Angka itu juga menunjukkan jumlah penduduk yang mengenyam bangku perkuliahan di Palembang masih relatif kecil. Padahal, bangku kuliah adalah tempat anak-anak muda bisa bereksplorasi dan menemukan inovasi-inovasi, sebelum nantinya mereka terjun ke masyarakat.

Sebagai orang yang beruntung bisa mencapai jenjang strata pendidikan tertinggi, maka perlu kiranya kita mendorong anak-anak muda Palembang untuk bersekolah sampai pada level pendidikan tertinggi. Karena, di sanalah mereka akan ditempa menjadi anak-anak muda yang mandiri dan punya keahlian khusus di bidangnya masing-masing.

Langkah konkret yang bisa ditempuh adalah menyediakan kuota beasiswa khusus bagi siswa-siswi berprestasi dan layak untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat universitas atau perguruan tinggi.

Kedua, bidang kepemudaan. Banyak wadah kegiatan yang harus dipenuhi oleh anak-anak muda, mulai karang taruna hingga himpunan kepemudaan lainnya. Ini untuk mengangkat keyakinan bahwa pemuda adalah aset paling penting untuk menggerakkan perubahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com