Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Viral Paskibra yang Tetap Bertugas di Lapangan Berlumpur

Kompas.com - 18/08/2017, 09:29 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

SAMARINDA, KOMPAS.com - Tangis haru Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), pecah usai melaksanakan tugas pengibaran bendera Merah Putih pada Upacara Dirgahayu Indonesia ke 72, Kamis (17/8/2017).

Sebanyak 31 pelajar SMA/SMK Sebulu itu berhasil menyelesaikan tugas mengibarkan Bendera Merah Putih di Lapangan Kuning, Kukar, dalam kondisi hujan deras dan lapangan yang berlumpur.

Foto-foto mereka kemudian viral di akun Facebook Bubuhan Samarinda dan @infokukar. Pasalnya hujan tidak menyurutkan semangat nasionalis untuk tetap melaksanakan tugas.

Baca juga: Upacara Peringatan Kemerdekaan RI di Sebatik Pecahkan Rekor Muri

Pembawa baki bendera, Alya Mujidah (15), bercerita, proses pengibaran bendera tersebut berlangsung lancar. Meski lapangan upacara sudah becek dan berlumpur, namun petugas upacara tetap melaksanakan kegiatan upacara dengan sempurna.

“Mulai pagi sudah hujan, sementara upacara dimulai pukul 08.00 Wita. Kondisi di lapangan memang sudah becek, tetapi tanggung jawab kami harus tetap selesai. Kami upacara di lapangan utama Kecamatan Sebulu yaitu Lapangan Kuning,” kata Alya kepada Kompas.com, Jumat (18/8/2017).

Lapangan Kuning merupakan lapangan sepak bola yang berpusat di Desa Sebulu, Kecamatan Sebulu. Di kecamatan tersebut terdapat dua lapangan sepak bola, namun Lapangan Kuning merupakan lapangan utama dan selalu menjadi lapangan upacara 17 Agustus.

Kecamatan Sebulu merupakan kecamatan di Pedalaman Kutai Kartanegara. Untuk sampai ke sana, diperlukan waktu 2 jam perjalanan dari Ibukota Provinsi Kaltim, Samarinda.

“Lapangan ada dua, tapi Lapangan Kuning adalah pusatnya. Setiap tahun selalu di situ, dan bendera diserahkan oleh Bapak camat sebulu. Kami warga sebulu selalu merayakan upacara sendiri, jadi anak-anak Sebulu ada yang menjadi paskibra Sebulu ada pula yang terpilih menjadi Paskibra di Tenggarong Ibukota Kukar,” ujarnya.

 

A post shared by KUTAI KARTANEGARA (@info_kukar) on Aug 17, 2017 at 2:47pm PDT

Pada saat melakukan gerak jalan, lanjut dia, tidak ada perasaan khawatir sama sekali. Meski kondisi jalanan sudah berlumpur, namun langkah gerak jalan tidak terasa berat. 31 orang pembawa bendera itu tetap melangkah tegak dan tidak ada yang merasa lelah atau masuk angin.

Sepatu para petugas sudah dipenuhi lumpur, seragam Paskibra juga berlumpur. Namun formasi pengibar bendera tidak berkurang sama sekali.

“Kami sudah latihan selama 14 hari. Waktu latihan tidak ada jalanan yang becek karena tidak hujan. Nah, waktu hari H malah hujan, tapi kami tidak ada halangan sama sekali. Tidak ada yang sakit atau mengeluh. Hanya saja waktu gerak jalan, lumpurnya kemana-mana,” kata siswi SMAN 1 Sebulu itu.

Alya menyebutkan, semangat juang kemerdekaan RI membawa rasa nasionalisme yang kuat untuk semua peserta upacara. Tangis haru yang pecah bukan karena sedih dengan kondisi alam yang tak bersahabat, melainkan tangisan kemenangan.

“Kami bangga bisa melaksanakan tugas dengan lancar. Hujan, gerimis atau becek berlumpur bukan halangan untuk kami mengibarkan bendera kebangsaan Indonesia dari pedalaman Kutai Kartanegara,” katanya.

Baca juga: Paskibraka di Kapuas Hulu Upacara Bendera di Tengah Banjir

Sementara itu, Camat Sebulu, Mochfizar mengapresiasi semangat pasukan pengibar bendera. Dia mengaku bangga, lantaran semangat juang anak-anak Kecamatan sebulu tidak kalah dengan Paskibra di istana negara.

“Ini semangat NKRI, memang anak-anak sudah kita persiapkan dengan matang. Fokus pengibaran bendera ini merupakan tugas dan amana bela negara. Mereka menjalankannya dengan semangat nasionalis tanpa mempedulikan rintangan hujan dan becek,” katanya kepada Kompas.com.

Menurut dia, kondisi lapangan yang becek dan berlumpur adalah faktor alam yang tidak bisa dihindari. Lapangan Kuning sejatinya adalah lapangan sepak bola yang berumput. Namun di sisi luar dekat tiang bendera, tidak ditumbuhi rumput. Sehingga jika hujan, tanah liatnya akan berlumpur.

“Itu lapangan bola. Pasti ada rumputnya, tapi di sisi agak luar memang rumputnya tidak tumbuh, dan itu tanahnya liat. Tapi tidak apa-apa, momen pengibaran bendera kemarin sangat membanggakan,” ucap dia.

Kompas TV Pesan Dibalik Upacara yang Digelar di Atas Tumpukan Sampah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com