Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Tambang Bantah Aniaya Dua Aktivis Danau Toba

Kompas.com - 17/08/2017, 14:44 WIB
Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe

Penulis

SAMOSIR, KOMPAS.com - Jautir Simbolon (57), warga Kabupaten Samosir mengaku tidak ada peristiwa pemukulan atau penganiayaan terhadap dua aktivis lingkungan Danau Toba di lokasi penambangan batu di Desa Silimalombu, Kecamatan Onanrunggu, Kabupaten Samosir yang berlangsung pada Selasa (15/8/2017) pagi.

Hal itu disampaikan Jautir Simbolon saat dihubungi Kamis (17/8/2017), terkait tuduhan dugaan penganiayaan dua aktivis Danau Toba, Sebastian Hutabarat (47) dan Johannes Marbun (37), yang dilakukannya bersama sejumlah anak buahnya.

"Saat kejadian, Hutabarat dan Marbun berlari dari lokasi base camp kami, katanya bermaksud mengejar kapal feri untuk menyeberang ke Simalungun. Bisa jadi mereka terjatuh, di lokasi kan banyak batu," kata Jautir.

Mengenai tuduhan Johannes Marbun, bahwa dirinya memukul Johanes di pelipis kanan, Jautir menyebut di lokasi banyak orang. Dia tak bisa menyebut tak memukul atau tidak.

"Tak bisa saya sebut, karena kalau saya bilang tak memukul itu terkesan pembelaan pribadi. Maka lebih baik saja dibuktikan di pengadilan nanti apakah saya memukul," katanya.

Begitu juga soal tuduhan perlakukan terhadap Sebastian yang mengaku celananya dipelorotkan. Jautir malah balik bertanya siapa yang melakukan itu.

Jautir mengakui terjadi perdebatan di dapur base camp miliknya, antara dia dengan Sebastian dan Johannes. Itu terjadi lantaran Sebastian awalnya menyebut bahwa usaha penambangan batu ditolak warga di sekitar Desa Silomalombu.

Baca juga: Dua Aktivis Danau Toba Dianiaya Penambang Batu

Jautir menjawab itu dengan memperkenalkan Gultom, sekretaris desa yang kebetulan berada di dapur bersama mereka. "Kalau disebut warga menolak, ada di situ sekretaris desa, Gultom. Dan tak lama kemudian datanglah Nainggolan, mantan kades. Sehingga kami berlima di dapur base camp. Mereka berdua juga saya suruh disuguhi kopi oleh karyawan saya," kata Jautir.

Kemudian, Sebastian, kata Jautir mengalihkan pembicaraan dan dengan suara keras dan kuat menyebut Aquafarm (PT Aquafarm Nusantara) yang merupakan perusahaan tambak ikan di Danau Toba harus ditutup karena sudah digugat di pengadilan.

"Dia dengan suara keras bilang, Presiden Jokowi, Menteri Luhut Panjaitan sudah meminta tutup Aquafarm. Tapi Gubsu Tengku Eri tak mau. Bupati juga, dia tak mau karena pemegang saham di Aquafarm," kata Jautir menirukan ucapan Sebastian.

Lalu, Gultom kemudian menjawab Sebastian bahwa siapa saja boleh berkata Aquafarm ditutup. Tetapi kalau ada 60 persen warga tak setuju karena merasa perusahaan itu dibutuhkan, lalu hanya 40 persen yang meminta tutup, hal itu juga harus diperhitungkan.

Mulai merasa tak enak dengan ucapan Sebastian, Jautir pun meminta kepada Sebastian dan Johannes agar menunjukkan  surat Presiden Jokowi dan Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan terkait penutupan Aquafarm.

"Saya juga minta bukti surat Gubsu menolak Aquafarm ditutup dan bukti Bupati pemegang saham. Tapi Sebastian dengan suara yang mengagetkan dan menyebut Tuhan saja pun tak pakai surat," ucap Jautir.

Merasa bahwa situasi tak lagi kondusif, Jautir meminta keduanya dibawa keluar oleh sekuriti. "Itulah kronologisnya. Dan mereka kemudian berlari mengejar kapal feri," katanya.

Sebelumnya, Kapolres Samosir AKBP Donald Simanjuntak pada Rabu (16/8/2017) malam menyebut, pihaknya sudah menerima pengaduan atas nama SH dan JHS pada Selasa (15/8/2017).

"Intinya ada laporan pengaduan berinisial SH dan JHM. Mereka melaporkan terkait adanya dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh oknum JS dkk di Desa Silimalombu, Kecamatan Onanrunggu," kata Donald.

Ditanya apakah sudah ada penetapan tersangka atas laporan pengaduan dimaksud, Donald menyebut belum karena pihaknya masih melakukan penyelidikan.

"Masih belum, Lae. Kita masih melakukan pendalaman terhadap pemeriksaan saksi-saksi dulu. Dan kita tetap menangangi kasus ini dengan profesional dan proporsional," ucapnya.

Kompas TV Kesal Dihina, 4 Perempuan Aniaya Siswi SMP
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com