Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaura Mancacarita, Pria Australia di Balik Mendunianya Tari Saman

Kompas.com - 14/08/2017, 08:30 WIB
Kontributor Takengon, Iwan Bahagia

Penulis

BLANGKEJERAN, KOMPAS.com - Tari Saman yang berasal dari Kabupaten Gayo Lues, Aceh, adalah salah satu seni tradisi yang sudah ada berabad-abad yang lalu.

Tari Saman dikenal seantero dunia, setelah diakui UNESCO sejak 2011 lalu sebagai warisan budaya tak benda milik dunia yang wajib dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya.

Pada 24 September 2011, Tari Saman berhasil memukau ribuan penonton yang memadati Stadion Seribu Bukit, Gayo Lues, saat rekor MURI dipecahkan oleh 5054 penari.

Berselang 7 tahun kemudian, tepatnya Minggu 13 Agustus 2017, tari saman kembali menarik perhatian puluhan ribu penonton dari daerah itu, maupun dari berbagai penjuru Indonesia.

Namun siapa sangka, di balik mendunianya Tari Saman Gayo, ada campur tangan seorang pria asal Australia. Pria itu berlinang air mata saat melihat 12.262 penari tampil di tengah-tengah Stadion Seribu Bukit.

Adalah Gaura Mancacarita, sosok yang mempunyai peran penting dalam melejitnya nama Saman Gayo hingga masuk buku UNESCO, sebuah organisasi yang didirikan PBB untuk mendukung perdamaian, dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya.

"Beliau adalah salah satu tim peneliti Tari Saman, ketika Saman masuk ke dalam UNESCO, sekarang menjadi salah seorang Staff Ahli Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI," kata Kepala Dinas Pariwisata Gayo Lues, Syafrudin, Minggu (13/8/2017).

Baca juga: Jelang Tari Saman Massal, Hotel di Gayo Lues Penuh

Gaura Mancacarita, di tengah-tengah para penari SamanKOMPAS.com/IWAN BAHAGIA Gaura Mancacarita, di tengah-tengah para penari Saman
"Sehingga sangat wajar kalau kita mengundang ke Gayo Lues, untuk menyaksikan apa yang dilihatnya dulu. Dan komentarnya kali ini sangat bagus, katanya, buah yang kita tanam 7,5 tahun yang lalu, sekarang sudah jadi pohon yang besar. Dia bilang itu saat melihat saman 10001 tadi," lanjutnya.

Menurut Syafrudin, Gaura merupakan sosok yang tidak asing bagi Pemerintah Gayo Lues, sehingga kerja sama yang dilakukan berjalan dengan baik. "Beliau selalu support kita, walaupun hanya dalam bentuk moril. Dan dia tadi cukup terharu dan menangis ketika melihat Tari Saman Massal 10001 Penari," ucapnya.

Selama meneliti Tari Saman di Gayo Lues pada 2010 sebut dia, Gaura hampir satu bulan berada di daerah berjuluk Kota Seribu Bukit tersebut.

"Kalau enggak salah saat itu dia datang pada bulan September dia datang ke Gayo Lues, Tari Saman baru disahkan pada 24 November 2011, ya hampir setahun," ujar Syafrudin.

Gaura Mancacarita sendiri yang sudah 40 tahun hidup di Indonesia, meskipun masih berstatus kewarganeraan Australia. Pria ini diketahui aktif dalam gerakan budaya berbagai daerah di Indonesia.

Selain menjadi staf ahli Puan Maharani di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Gaura juga pernah menjadi Staff Ahli Wakil Menteri Pendidikan di era Anies Baswedan.

Kompas TV Kolaborasi Tari Kecak dengan Tari Saman digelar dalam satu pentas saat pembukaan Balai Budaya Gianyar, Bali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com