Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantai Suak Indrapuri Tercemar Batubara, Aktivis Gelar Aksi Teatrikal di Jalanan

Kompas.com - 12/08/2017, 23:54 WIB
Raja Umar

Penulis

MEULABOH, KOMPAS.com - Sejumlah aktivis mahasiswa di Kabupaten Aceh Barat yang tergabung dalam Company Aksi Teatrikal Untuk Rakyat (CATUR) menggelar aksi teatrikal sebagai bentuk protes terhadap Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) setempat.

DPRK selama ini dianggap terkesan tutup mata terhadap pencemaran batubara yang telah bertahun-tahun mencemari Pantai Wisata Suak Indrapuri dan permukiman warga Desa Peunaga Cut Ujong tanpa ada penanganan yang serius.

“Aksi yang kami lakukan hari ini untuk menyampaikan penderitaan masyarakat akibat dampak pencemaran batubara baik di laut maupun di permukiman warga, padahal pemerintah dan DPRK sudah mengetahui pencemaran yang dirasakan warga, namun selama ini tidak peduli,” kata Edi Azhari, orator aksi kepada wartawan, Sabtu (12/08/17).

Baca juga: Tercemar Batubara, Pengunjung Pantai Suak Indrapuri Dilarang Mandi

 

Pantauan Kompas,com, aksi teatrikal yang dilakukan sejumlah aktivis mahasiwa dari CATUR di bundaran Simpang Pelor, pusat Kota Meulaboh, sempat menyedot perhatian pengguna kendaraan.

Polisi terpaksa harus memblokade ruas jalan saat mahasiswa menampilkan teatrikal penderitaan warga yang tercemar batubara dengan tidur dan merangkak di badan jalan.

Dalam aksi teatrikal itu, mahasiswa melumuri seluruh tubuh dan muka mereka dengan debu batubara.

“Perusahaan selaku perusahaan tambang yang telah mencemari laut dan pemukiman warga di Kabupaten Aceh Barat harus bertanggung jawab. Jangan karena sudah memberi CSR lantas persoalan pencemaran mereka anggap selesai,” ujar Edi dalam orasinya mengiringi aksi teatrikal peserta lain.

Dalam aksinya CATUR mendesak pemerintah dan perusahaan tambang untuk segera mengatasi persoalan pencemaran batubara itu yang telah merugikan warga Desa Peunaga Cut Ujong, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat.

Mereka mengatakan, seluruh rumah mereka selama tiga tahun terakhir setiap harinya diselimuti debu batubara yang berasal dari stockpile perusahaan tambang batubara yang berjarak hanya 20 meter dari rumah warga.

“Dampak debu batubara terhadap kesehatan warga itu bahaya, sekarang saja sudah banyak warga yang mulai terganggu pernafasannya dan batuk-batuk,” ujarnya.

Perusahaan tambang batubara yang beroperasi di daerah tersebut, PT Mifa Bersaudara, melalui Kepala Teknik Tambang (KTT) PT Mifa Bersaudara, Adi Risfandi, sebelumnya telah menyatakan pihaknya telah menangani masalah pencemaran batubara yang dipersoalkan warga tersebut.

Misalnya dilakukan dengan pemasangan jaring penahan debu, penyiraman, penanaman pohon dan pemagaran batas dengan penduduk dilengkapi dengan sistem penyaring udara otomatis untuk penangkap debu.

“Kita telah melakukan penanganan terhadap pencemaran debu batubara, sedangkan di bidang sosial kita rutin setiap dua minggu menggelar pengobatan gratis untuk masyarakat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, serta berbagai program sosial kemasyarakatan lainnya,” kata Adi saat dikonfirmasi, Kamis (10/08/17).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com