Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanah Ombak Terbitkan Asa Anak-anak di Pesisir Pantai Padang (1)

Kompas.com - 07/08/2017, 10:40 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

PADANG, KOMPAS.com - Gang kecil itu dulunya dijuluki dengan sebutan "gang setan". Kalimat itu dilontarkan Syuhendri, salah satu pendiri komunitas dan ruang kreativitas anak Tanah Ombak, Padang, Sumatera Barat.

Kehadiran Ruang Baca Tanah Ombak di sebuah gang sempit di Kampung Purus 3, sebelah pesisir Pantai Padang, Kota Padang, kala itu, pun seolah menjadi ancaman bagi warga setempat.

Sejak awal dibentuknya komunitas tersebut di tahun 2014 oleh Syuhendri bersama teman dekatnya, Yusrizal KW, keduanya sering mendapat penolakan dari warga di kampung tersebut.

Bang Hendri, sapaan akrab Syuhendri, dan Bang KW, sapaan akrab Yusrizal, kerap mendapat ancaman dan intimidasi. Beberapa relawan yang ikut bergabung juga tak luput menerima kekerasan secara verbal.

Kondisi lingkungan di sana memprihatinkan. Tindak kriminal dan narkoba sudah menjadi hal biasa bagi warga di sana.

Kampung nelayan dengan rumah-rumah berbentuk semi permanen dan kumuh itu dihuni warga yang punya kebiasaan buruk. Orang dewasanya gemar berjudi dan mengonsumsi minuman keras, sedangkan anak-anak di sana tumbuh dengan di tengah caci-maki sehari-hari.

Bahkan, anak-anak pun sangat dekat dengan dunia hitam itu. Mereka sudah terbiasa “ngelem”, mengisap aroma lem yang mengandung alkohol.

(Baca juga: Jalan Terjal Pretty Bangun 6 Taman Baca di Papua Barat, Ditentang Orangtua hingga Alami Kecelakaan)

Bicara soal pendidikan di kampung itu juga masih jauh dari harapan. Ekonomi orangtuanya yang pas-pasan membuat anak-anak di sana sulit untuk mendapat akses pendidikan yang lengkap.

"Dulu, anak-anak tumbuh dengan kekerasan. Ngomong kasar itu sudah biasa. Ada yang putus sekolah, ada juga yang bersekolah. Kebanyakan dikeluarin karena berantem di sekolah," ucap Hendri saat ditemui KOMPAS.com, pekan lalu.

Namun, keadaan itu berubah drastis sejak dua tahun belakangan. Kehadiran Tanah Ombak sudah bisa diterima warga setempat. Kebiasaan buruk warga perlahan ditinggalkan.

Hendri menuturkan, perubahan itu terjadi seiring dengan upaya membangun karakter dengan mengenalkan dunia baca atau literasi kepada anak-anak sejak dini.

Di Tanah Ombak, anak-anak belajar mengurai proses kreatif lewat membaca, menggambar, dan berteater. Bagi Hendri dan KW, Tanah Ombak adalah lautan kebaikan. Keduanya punya cita-cita ingin menciptakan generasi berakhlak dan pintar di tempat itu.

"Anak-anak di sini punya kesempatan yang sama untuk belajar. Kami yakin, jika menanam kebaikan hasilnya juga akan baik," kata Hendri.

Berbekal ilmu seni di bidang teater, Hendri mulai mengajak anak-anak di kampung itu belajar lewat berkesenian. Ia membuka pintu bagi siapa pun terutama anak-anak di kawasan Purus yang ingin belajar teater.

Sementara itu, KW menyediakan buku-buku. Anak-anak diajar membaca dan menceritakan kembali kisah yang mereka baca.

Dari jumlah kecil, akhirnya anak-anak yang lain tertarik dan bergabung. Lambat laun, bukan hanya menjadi ruang latihan teater, tapi berkembang menjadi tempat membaca bagi anak-anak sekitar.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com