Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Serka Darwis Bertaruh Nyawa agar Anak-anak Desa Bisa Sekolah

Kompas.com - 05/08/2017, 12:53 WIB
Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com - Berbekal tali slag atau katrol, selembar papan dan bambu, Sersan Kepala (Serka) Darwis, prajurit TNI Korem 143/HO Kendari membantu sejumlah anak-anak sekolah menyeberangi derasnya arus sungai Ranteangin di Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra).

Setiap hari, anggota Babinsa Lalusua, Kolaka Utara itu harus bertaruh nyawa untuk membantu para siswa melintasi sungai selebar 60 meter tersebut. Aktivitas penuh risiko itu dilakoninya sejak 2012 silam.

"Satu kali seberangkan anak-anak untuk sekolah bisa tiga orang, bahkan anak kecil saya gendong dengan pakai sarung. Supaya aman, tali dililitkan di badan anak-anak kalau mau nyeberang," tutur Darwis dihubungi via teleponnya, Sabtu (5/8/2017).

Kondisi itu terjadi karena tidak ada jalan alternatif lain yang bisa digunakan warga Desa Maroko, Kecamatan Wawo untuk menuju Desa Tinakari, Kecamatan Ranteangin, Kolaka Utara.

Di desa itu belum terdapat fasilitas pendidikan ataupun  pasar, sehingga warga Desa Marako harus menyeberangi sungai agar bisa sampai tujuan.

Baca juga: Kisah Anak di Tapal Batas Berjalan 10 Km Setiap Hari untuk Sekolah

Kondisi tersebut sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun, namun hingga kini Pemerintah Daerah Kolaka Utara tidak kunjung membangun jembatan penghubung dua wilayah itu. 

"Kalau cuaca bagus bisa dibantu sama kakak-kakaknya, kalau cuaca buruk saya harus ada di situ karena berbahaya," ujarnya.

Dia bercerita, sebelum ada alat tali gantung, anak-anak harus menyeberangi sungai dengan rakit darurat yang terbuat dari batang pohon pisang.

Akhirnya warga pun berswadaya membeli peralatan tali, bambu, dan papan untuk membuat jembatan tali tersebut. Ketinggian gantungan tali yang menjadi jalur penyeberangan warga, dari permukaan air sekira 7 meter.

Pada musim kemarau, kedalaman air sungai sekitar 2 meter, sedangkan saat musim hujan, ketinggian air mencapai 6 meter.

"Dari Desa Maroko siswa SD dan SMP satu atap harus ditempuh 3 kilometer dan untuk siswa SMA atau Aliyah 6 kilometer jaraknya dari rumah mereka," kata Darwis.

Anggota TNI yang akan pensiun 6 tahun lagi itu menyebut, niatnya untuk membantu didasari oleh harapan agar anak-anak di Desa tersebut bisa tetap mengenyam pendidikan. 

"Sebagai anggota Babinsa kita diwajibkan untuk membantu masyarakat, bukan hanya mengetahui masalah masyarakat tapi juga harus dicarikan solusinya. Termasuk soal akses pendidikan masyarakat di wilayah dampingannya kita," tambah Darwis.

Sementara, para pelajar mengaku takut karena setiap kali bergantung di tali ini untuk menyeberang sungai. Terlebih saat musim hujan arus sungai begitu deras.

"Sebenarnya saya takut sekali kalau saat banjir," kata Usman, siswa SDN 2 Wawo, seperti dalam rekaman wawancara yang diterima, Selasa (18/7/2017).

Tak hanya anak-anak, warga yang hendak menjual hasil panen kebun mereka juga melintasi Sungai Ranteangin dengan menggunakan tali gantungan. 

 

Kompas TV Pengetatan penjagaan perbatasan di wilayah pesisir dilakukan di sejumlah Pelabuhan Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com