Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Transplantasi Karang, Nelayan Bangsring Dapat Kalpataru

Kompas.com - 02/08/2017, 14:21 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kelompok Nelayan Samudra Bakti dari Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi menerima penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Presiden Joko widodo kepada Ketua Kelompok Nelayan Samudra Bakti Ikhwan Arief di acara puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup di Jakarta (2/8/2017).

Ikhwan Arief mengatakan, penghargaan Kalpataru tersebut merupakan salah satu capaian yang didapatkan Kelompok Nelayan Samudara Bakti yang selama ini melakukan penanaman karang di sekitaran Pantai Bangsring Banyuwangi.

"Kami diundang oleh Kementrian Lingkungan Hidup dalam kategori kelompok nelayan peduli lingkungan. Semoga ini menjadi semangat buat kami para nelayan agar bisa memberikan perubahan untuk sekitar," jelas Ikhwan kepada Kompas.com. 

(Baca juga: Aksi Transplantasi Karang dan Makanan Non-beras Catat Rekor Muri)

Dia bercerita, perjuangan kelompok nelayan Samudra Bakti dimulai 10 tahun yang lalu. Saat itu, perairan Bangsring mengalami kerusakan parah karena penangkapan ikan dengan bom dan potas yang dilakukan puluhan tahun secara turun temurun.

"Sejak dulu sebagian besar nelayan Bangsring adalah nelayan ikan hias. Mulai tahun 1960-an mereka menangkap ikan hias dengan menggunakan potas dan juga bom," jelas Ikhwan.

"Belum lagi pengambilan karang secara besar-besaran untuk pembuatan kapur bangunan, hingga terumbu karang di perairan Bangsring rusak parah dan kami kesulitan mencari ikan hias,"  tambahnya.

Ia kemudian membuat Kelompok Nelayan Samudra Bakti dan mulai melakukan perubahan. Salah satunya dengan mengubah pola tangkap nelayan lebih ramah lingkungan, dan membuat kawasan konservasi seluas 15 hektar di wilayah Pantai Bangsring.

Di wilayah konservasi atau zona perlindungan bersama tersebut tidak boleh ada aktivitas penangkapan ikan dan pengambilan karang. Selain itu, secara otodidak mereka melakukan transplantasi terumbu karang dengan menggunakan rak dari pipa paralon.

(Baca juga: Konservasi Terumbu Karang, Nelayan Belajar Biorock

 

Bibit karang yang diambil dari karang yang sehat diikat dengan senar di pipa paralon lalu ditenggelamkan di dalam laut. Saat ini ada ribuan rak palon transplantasi karang yang telah ditenggelamkan di wilayah zona perlindungan bersama.

Rak tranplantasi tersebut dibuat dengan sistem donasi dari penyumbang. Para nelayan juga melakukan perawatan secara berkala terumbu karang yang ditanam.

"Selain ribuan rak transplantasi di wilayah zona perlindungan, juga ada 500 aparteman ikan serta ratusan karang buatan yang kami letakan di dalam laut. Yang terakhir ada sistem biorock agar pertumbuhan karang lebih cepat. Saat ini ada rib," kata Ikhwan.

Ia mengungkapkan, ada 200 nelayan yang saat ini bergabung di Kelompok Nelayan Samudra Bakti. Mereka secara rutin melakukan edukasi, menjelaskan pentingnya terumbu karang bagi keberlangsungan ekosistem di laut.

Edukasi dilakukan di sekolah-sekolah ataupun kepada wisatawan yang datang langsung ke Pantai Bangsring.

Zona konservasi yang dikelola oleh nelayan Samudra Bakti tersebut saat ini dikenal dengan tempat wisata Bangsring Under Water dan telah menyedot perhatian ribuan wisatawan setiap tahunnya. Secara ekonomi, nelayan di Bangsring sudah membaik.

"Kami meyakini bahwa jika kami merawat laut maka laut akan memberikan yang lebih kepada kami. Saat ini terumbu karang di Bangsring sudah tumbuh dengan bagus, perekonomian nelayan juga menjadi lebih baik," tuturnya.

"Pendidikan untuk anak-anak kami juga sudah menjadi perhatian dan kami pernah malu menyebutkan bahwa kami adalah nelayan. Penghargaan Kalpataru ini menjadi pemacu semangat kami agar lebih baik lagi," pungkasnya. 

Kompas TV Seperti apa keindahannya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com