Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Api di Kalbar Meningkat, BNPB Mobilisasi 2 Pesawat Water Bombing

Kompas.com - 31/07/2017, 08:35 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memobilisasi dua pesawat water bombing dari Kalimantan Selatan ke Kalimantan Barat. Hal itu dilakukan menyusul meningkatnya titik api di Kalimantan Barat dalam waktu sepekan ini.

Hal ini dilakukan menyusul eskalasi titik api (hot spot) kebakaran lahan di Kalimantan Barat dalam sepekan ini. Mobilisasi dua pesawat water bombing dilakukan untuk mengantisipsi jika upaya pemadaman jalur darat sulit dilakukan.

"Kalau di darat aksesnya susah atau mematikannya lama, maka memakai water bombing, jadi komunikasi dengan BNPB juga ada. Kayak sekarang ini, beberapa minggu lalu kita stanby, pesawat helikopter dua di Kalsel, sudah dimobilisasi ke Kalbar," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, di Salatiga, Senin (31/7/2017).

Siti menjelaskan, berdasarkan data dari aplikasi pendeteksi kebakaran dini hutan bernama Sipongi, pada Minggu (30/7/2017), terpantau 114 titik api (hot spot) di seluruh wilayah Indonesia. Dari jumlah itu, sekitar 80 persen titik api berada di Kalimantan Barat.

(Baca juga: Gunakan Pesawat Pribadi, Gubernur Aceh Pantau Kebakaran Lahan Gambut)

 

Padahal sebelumnya, titik hot spot ini mayoritas ada di NTT. Di sana masyarakat membakar savana untuk mendapatkan rumput baru sebagai pakan ternak. Sedangkan yang terjadi di Kalimantan Barat, para petani membakar lahan untuk musim tanam serentak tahun ini.

"Saya sudah teliti sejak berapa hari ini, ternyata yang terjadi di sini adalah cara-cara tradisionalnya kuat. Kalau di Kalimantan, mereka masih punya metode menanam serentak, dan sesuai undang-undang itu boleh sampai dua hektar," kata Siti.

Belajar dari kasus kebakaran hutan pada 2015 lalu, KLHK sudah menyiapkan antisipasi sejak dini. Mulai dari pendeteksian titik api, kesiapan petugas di lapangan, hingga metode untuk melakukan pemadaman.

"Modelnya ada petugas daratnya yang kita sebut manggala agni-nya KLHK, ada BPBD Provinsi dan Kabupaten dan yang pasti Polri serta TNI, masyarakat sudah pasti. Dengan cara itu rata-rata api dipadamkan dari darat, mati," ucapnya.

(Baca juga: Kobaran Api Kebakaran Lahan Dekati Permukiman, Warga Mengungsi)

 

Pada dasarnya, sambung Siti, Indonesia sudah belajar sejak 2015. Jadi penanganan di lapangan sudah ada sistematikanya. Mulai dari satgas provinsi, protap, hingga cara-cara untuk mendeteksi.

"Jadi saya ikuti lewat pola seperti ini. Ini kalau saya nerima, yang di provinsi nerima, yang di kabupaten juga nerima. Data ini punya Lapan dan BMKG, jadi kombinasi termasuk KLHK," tuurnya.

"Sekarang lihat hari ini berarti pada peluang 50 persen ada 114 hot spot. Kalau lihat begini, berarti kebanyakan di Kalimantan Barat. Dengan cara ini bagaimana kita menanganinya selama ini secara sistematis," tambahnya.

Kompas TV Kebakaran melanda kawasan hutan di Gunung Gle Taron, Aceh Besar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com