Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepsek Ajak Berdamai Setelah Diduga Benturkan Kepala Siswa ke Tembok

Kompas.com - 30/07/2017, 11:43 WIB
Junaedi

Penulis

MAMASA, KOMPAS.COM - Kepala Sekolah SMP swasta Salu Mandalle di Mamasa, Sulawesi Barat, yaitu Soleman, mengajak berdamai keluarga Gusti (14).  Gusti, siswa kelas VIII SMP Salu Mandalle, diduga telah dibenturkan kepalanya ke tembok oleh Soleman hingga jatuh pingsan dan dirawat di rumah sakit.

Setelah menjalani perawatan selama empat hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mamasa, Sulawesi Barat, Gusti (14), diperbolehkan pulang pada Sabtu (29/7) sore tetapi harus menjalani rawat jalan. Gusti diduga telah ditendang wajah dan kepalanya dibenturkan ke tembok oleh Soleman.

Gusti, yang berasal dari Desa Tawalian Timur, Kecamatan Tawalian, Kabupaten Mamasa diperkenakan berobat jalan karena kondisinya dinilai mulai pulih. Sejumlah sanak keluarga dan tetangga masih berdatangan untuk menjenguk korban di rumahnya.

Soleman, yang diduga telah menganiaya korban pada Rabu lalu, juga mendatangi rumah korban dan mengajak berdamai.

Aristarchus, salah satu keluarga korban, mengatakan saat mendatangi rumah korban untuk mengajak berdamai, Soleman mengakui secara jujur perbuatannya.

Namun Aristarchus kecewa karena dalam siaran di televisi televisi, Soleman mengubah pernyataannya dan menyangkal perbuatannya yang semula sudah dia akui di depan keluarga korban.

“Saya tidak pernah sentuh, memang saya angkat leher bajunya dan mengancam menendang tapi itu tidak kena. Kemungkinan korban pingsan saat saya gertak di kelas,” kata Soleman.

Aristarchus mengatakan apa yang disampaikan Soleman di medai berbeda dengan pengakuannya kepada keluarga korban.

“Dia waktu datang ke rumah mengakui semua perbuatannya seperti pengakuan korban, belakangan ternyata malah memojokkan korban dan membantah tidak melakukan kekerasan apa pun dan korban hanya jatuh pingsna sendiri,” kata Aristarchus.

Menurut Aristarchus, semula pihak korban mempertimbangkan untuk berdamai. Namun setelah melihat pernyataan Soleman di televisi, pihak keluarga korban pun kecewa dan menyatakan menolak ajakan pelaku untuk berdamai.

Menurut Aristarchus, Soleman terkesan memojokkan korban dan keluarganya.

Dalam perkembangan lain kasus itu, meski telah mendapatkan penyatakan dokter yang menangani korban bahwa ada tanda-tanda kekerasan, termasuk luka bekas kuku yang diduga terjadi saat korban dicekik, polisi menilai bahwa belum cukup bukti untuk menetapkan Soleman sebagai tersangka kasus itu. 

Kanit Reskrim Polsek Mamasa, Brigadir Jhon Franklin menyatakan, pihaknya kini masih melakukan pengumpulan bukti termasuk meminta keterangan kedua belah pihak, termasuk dokter rumah sakit yang menangani korban.

Dugaan kekerasan itu bermula ketika korban bersama puluhan teman sekelasnya berisik di kelas lantaran guru yang bertugas mengajar hari itu tidak masuk.

Soleman sebagai kepala sekolah menegur para siswa. Namun Soleman diduga kesal dan emosi lantaran sejumlah siswa di kelas malah berseru “uuu ....”

Seruan itu menbuat Soleman naik pitam. Korban yang duduk di kursi depan langsung ditarik kerah bajunya.

Dari pengakuan korban, lehernya dicekik dan kepalanya dibentrukan ke tembok hingga jatuh pingsan. Gusti juga mengaku ditendang wajahnya oleh Soleman hingga pandangannya sempat berkunang-kunang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com