Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Bawah Pohon Waru, Brigpol Kresna Ola Ajari Warga Membaca dan Menulis

Kompas.com - 23/07/2017, 09:00 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

ATAMBUA, KOMPAS.com - Mengenakan pakaian dinas lengkap, Brigpol Krispianus Ola Komek (Kresna Ola), mengumpulkan puluhan warga Dusun Weain, Desa Kenebibi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sekitar 30 orang yang terdiri dari pria dan wanita berusia 25 hingga 67 tahun, adalah warga eks Timor Timur (Timtim), yang sudah mendiami wilayah itu sejak tahun 1999 silam. Mereka semuanya belum bisa membaca maupun menulis alias buta huruf.

Berbekal sebuah papan tulis sederhana, yang ditopang dengan empat buah papan penyangga, Anggota Bhabinkamtibmas Desa Kenebibi itu mulai memasang sebuah poster berukuran kecil berupa huruf dan angka, serta tulisan tangannya sendiri mulai dari huruf A sampai Z.

Dengan tenang dan sabar, Brigpol kelahiran Desa Kolimasang, Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT, 6 Juni 1985, itu mulai mengajari mereka cara membaca dan menulis yang baik dan benar.

Tidak ada ruangan khusus bagi warga dan Brigpol Kresna untuk melakukan proses belajar mengajar. Mereka hanya bernaung di bawah rerimbunan dua pohon waru yang tumbuh di depan rumah seorang warga.

Untuk sarana prasarana pendukung pun tidak ada seperti kursi dan meja. Terpaksa, warga secara sukarela datang membawa kursi dari rumah mereka masing masing tanpa meja.

Keinginan kuat warga untuk bisa membaca dan menulis membuat mereka meninggalkan rumahnya untuk belajar bersama Brigpol Kresna.

Sebanyak 30 warga ini memegang satu pensil dan satu buku tulis beserta penghapus, dengan seksama mendengar penjelasan dari Brigpol Kresna.

Meski belajar ditemani oleh suami, istri dan anak-anak, puluhan warga ini tak malu, apalagi sungkan untuk menulis dan membaca, meski terkadang salah mengucap serta menulis.

Mungkin karena sudah mulai paham tentang huruf dan angka, warga yang duduk dengan tenang, secara acak dipanggil oleh Brigpol Kresna untuk maju dan menjawab pertanyaan sang polisi.

Semua pertanyaan sederhana dari Brigpol Kresna dijawab dengan benar. Rutinitas ini sudah berlangsung sejak sejak Oktober 2016 sehingga saat ini sebagian besar warga sudah bisa membaca dan menulis.

Proses belajar mengajar berlangsung maksimal dua jam mulai pukul 9.00 Wita hingga pukul 11.00 Wita dan digelar selama dua kali dalam sepekan.

Saat ditemui di lokasi tempat mengajar, Sabtu (22/7/2017), Brigpol Kresna mengaku menemukan sebagian warga desa itu tidak bisa membaca dan menulis sejak ditugaskan sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Desa Kenebibi. Oleh karena itu, dia berinisiatif untuk mengajar secara sukarela tanpa dibayar.

“Memang di sini (Desa Kenebibi) tingkat kerawanan tinggi sekali dan juga sumber daya manusia pun terbatas, makanya saya membentuk komunitas buta aksara ini. Awalnya dari Satuan Binmas Polres Belu dan Polsek Kakuluk Mesak yang menurunkan program ini sehingga saya jalankan sejak Oktober 2016 hingga hari ini dan akhirnya kegiatan ini pun berhasil,” kata Kresna.

Selama mengajar pun, dia mengikuti keinginan warga. Bila musim tanam, maka dia tidak akan mengajar karena warga akan fokus bekerja di kebun. Setelah panen, baru dilanjutkan kegiatan itu.

Halaman:
Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com