Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Anak-anak Masa Kini Kenal Enggrang, Gobak Sodor, dan Engklek...

Kompas.com - 22/07/2017, 19:51 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pemkab Banyuwangi menggelar Festival Memengan, Sabtu (22/7/2017). Dalam bahasa daerah Using, "memengan" berarti bermain.

Pada festival yang di gelar di halaman kantor Pemkab Banyuwangi ini, ribuan siswa dari sekolah dasar hingga SMP memainkan aneka permainan tradisional yang sudah mulai jarang dimainkan oleh anak-anak, seperti enggrang bambu, terompet janur, gasingan, bedhil-bedhilan, gobak sodor, engklek, dakon, bintang aliyan, medi-median, balap karung, klompen panjang, tarik tambang hingga dagongan.

"Kami mengenalkan permainan tradisional ini ke anak anak. Banyak yang enggak tahu contohnya dagongan. Permainan ini semacam tarik tambang tetapi didorong dan menggunakan bambu. Kami juga dibantu oleh orang-orang yang sudah tua untuk mengajari anak-anak bagaimana aturan mainnya," tutur Nur Holisah, guru SDN Gendoh, Sabtu.

Dia mengaku tidak kesulitan mengajari anak-anak didiknya bermain permainan tradisional.

"Namanya anak-anak ya pasti seneng kalau diajak dolanan di lapangan," ujarnya sambil tersenyum.

Sementara itu, Tolak (9), siswa kelas 3 SDN 6 Wongsorejo, mengaku sudah sering bermain enggrang bersama teman-temannya saat di sekolag.

"Ini buat enggrang dibantu sama guru. Seneng tapi capek," kata Tolak sambil turun dari enggrang miliknya.

Selain enggrang, Tolak mengaku juga suka bermain bedil dengan senjata yang terbuat dari pelepah daun pisang.

Festival Memengan masuk dalam agenda Banyuwangi Festival dan sudah digelar selama tiga tahun berturut-turut. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, sebagian besar anak-anak tidak mengenal permainan tradisional sehingga festival ini digelar sebagai upaya untuk mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak.

“Orangtua bisa nostalgia pada permainan yang populer di masa mereka dulu dan festival ini sebagai upaya ini untuk memperkenalkan pada anak-anaknya dan kami harap anak-anak terbiasa mainan ini karena permainan tradisional memiliki banyak unsur gotong-royong dan kebersamaan. Berbeda dengan permainan modern yang individualistis,” pungkas Anas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com