Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Politik: Isu Agama dalam Pilkada Itu Murah tapi Primitif

Kompas.com - 12/07/2017, 11:52 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Isu agama dan etnisitas yang laku 'digoreng' dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) kerap 'digoreng' karena murah. Namun penggunaan isu ini merupakan cara primitif dan kurang beradab.

"Isu agama, etnisistas, atau disebut sara dianggap isu yang paling murah meriah untuk konteks pilkada. Sebenarnya itu cara primitif karena memanfaatkan kebodohan rakyat," ujar pengamat politik dari Universitas Padjadjaran(Unpad) Bandung, Prof Dede Mariana kepada Kompas.com, belum lama ini.

Kebodohan yang dimaksud adalah tingkat lama sekolah masyarakat Indonesia yang masih rendah. Misal di Jawa Barat, dengan tingkat lama sekolah masih rendah, bahkan SMP pun tidak tamat.

"Bagi orang yang tidak punya hati nurani pasti memanfaatkan itu. Karena cost-nya murah. Tapi itu cara yang primitif. Kurang beradab," tuturnya.

(Baca juga: Mengapa Isu Agama dan Etnisitas Laku di Pilkada, Ini Alasannya)

Dede menjelaskan, seharusnya partai atau siapapun berpikir berulang kali untuk mengangkat isu agama. Sebab, hanya orang yang tidak memiliki hati nurani yang tega memanfaatkan masyarakat berpendidikan rendah. Apalagi orang tersebut tidak memiliki akses mendapat informasi yang baik.

"Orang dengan pendidikan yang tidak bagus, begitu disulut, biasanya emosinya langsung naik. Yang pendidikan ga bagus itu kaca mata kuda. Ini dulu dimanfaatkan penghasut," ucapnya.

Salah seorang yang bisa menangkal itu adalah ulama. Karena itu, ia berharap para ulama tidak mau dibodohi para politisi yang tidak memiliki hati nurani tersebut.

Selain itu, harus ada kelompok penekan. Mereka bisa berasal dari kelompok terdidik. Mereka bisa mengedukasi masyarakat tentang politik.

Kompas TV Survei Elektabilitas Jelang Pilkada Jabar 2018
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com