Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Jasmine Lawan Penyakit Paru-paru, Epilepsi, Hingga Gizi Buruk Sejak Lahir

Kompas.com - 11/07/2017, 11:42 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Di usia 7 tahun, pada umumnya, anak-anak mulai belajar di sekolah dasar dan bermain bersama teman-temannya. 

Berbeda dengan Jasmine Rohmania (7). Anak pasangan Roni Harjoko (37) dan Maryani (29) ini hanya bisa berbaring tanpa kegiatan apapun. 

Warga Padukuhan Sawah RT 06 / RW 03, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta tersebut menghabiskan harinya dengan terbaring lemah, tak bisa bergerak. Sesekali ia tertawa ketika beberapa bagian tubuhnya disentuh. 

Namun ketika dibiarkan, ia hanya bisa membuka mata dan tak bergerak sama sekali. Maryani menceritakan, kelahiran putri semata wayangnya ini melalui proses normal. Namun ada gejala tubuhnya tak bisa digerakkan.

(Baca juga: Bocah Fahri Diinfus Alendronat untuk Cegah Lebih Banyak Tulang Patah)

Dokter mendiagnosa anaknya menderita Torch Cytomegalovirus atau torch CMV. Torch adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh toksoplasma, rubella, cytomegalovirus (CMV) dan herpes simplex virus II (HSV-II) pada wanita hamil.

Penyakit ini membuat seluruh tubuh Jasmine tidak bisa digerakan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki sejak dia lahir. Bahkan, untuk mengusir nyamuk yang menggigit tubuhnya, dia hanya bisa menangis kesakitan.

"Dokter waktu itu memprediksi Jasmine hanya mampu bertahan 3 hari," ucapnya, Senin (10/7/2017).

Selain itu, saat ini Jasmine menderita penyakit radang paru-paru, epilepsi, hingga gizi buruk. Penyakit tersebut membuat kondisi Jasmine semakin parah.

Awalnya, sambung Maryani, sang anak diberi obat dari rumah sakit. Namun, karena tidak memperlihatkan perkembangan, ia beralih ke obat tradisional.

(Baca juga:  Setiap Batuk, Tulangnya Patah, Bocah Ini Mengaku Ingin Mati Saja)

Apalagi, pekerjaan suaminya sebagai buruh dengan penghasilan tak menentu, membuatnya sulit menebus obat. Ditambah dirinya tak memperoleh jaminan kesehatan ataupun bantuan dari pemerintah lainnya.

"Suami saya sempat membuat BPJS mandiri, tetapi sejak januari 2017 tidak bisa membayar Rp 75.000 perbulannya, karena penghasilan tak menentu," imbuh dia.

Pun saat membeli obat tradisional, keluarga ini sempat menghentikan sementara pada bulan Mei lalu, karena keterbatasan biaya. Satu botol obat seharga Rp 500.000 untuk penggunaan 10-12 hari.

"Bapaknya sebagai buruh bangunan hanya bisa bekerja jika ada yang membutuhkan," tuturnya.

Kondisi tersebut diperparah dengan ekonomi keluarga yang begitu pas-pasan. Bahkan untuk pergi ke kamar mandi saja, keluarga ini terpaksa menumpang ke kamar mandi saudara mereka yang berada di belakang rumah.

Kompas TV Bripda Yogi Aryo Tidak Takut Teror Apapun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com