Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Kasus Bunuh Diri di Gunungkidul Bergeser ke Usia Produktif

Kompas.com - 10/07/2017, 14:44 WIB
Markus Yuwono

Penulis

Paradigma Bergeser

Pulung gantung sudah tak lagi menjadi penyebab utama mitos 'pulung gantung'. Dari cerita masyarakat, sebuah cahaya misterius yang berwarna merah datang dari atas langit dan jatuh ke sebuah rumah.

Nantinya, warga yang 'terpilih' akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Kata pulung menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti beroleh bahagia (anugrah, hadiah, pangkat, dsb); kejatuhan bintang; ataupun mendapat kemalangan (kesulitan) akibat perbuatan orang lain.

"Paradigma masyarakat sudah mulai berubah saat ini bukan masalah pulung gantung. Saat ini masyarakat sudah mulai logis, tetapi memang masih ada yang percaya," ucapnya.

Masyarakat sudah mulai melihat depresi sebagai penyebab orang melakukan bunuh diri. Wage mengajak semua pihak untuk peduli terhadap lingkungan sekitar, termasuk dengan orang yang depresi.

(Baca juga: Disidang Keluarga karena Kasus Asusila, Kakek Ini Tewas Gantung Diri)

"Paling tidak jika menemukan, minimal dibawa ke petugas kesehatan. Tetapi, bagaimana petugas kesehatan concern terhadap masalah ini. Tenaga kesehatan belum banyak. Perlu gerakan semua pihak. Karena setresornya bermacam-macam, depresi butuh teman persoalan mau atau tidak orang untuk mendengarkan," imbuhnya.

Psikiater Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari yang juga anggota Satgas Berani Hidup Pemkab Dunungkidul, Ida Rochmawati mengatakan, Satgas bentukan tahun 2016 ini bekerja terus menerus menekan angka bunuh diri.

Ia menjelaskan, penyebab utama bunuh diri adalah depresi. Depresi merupakan gangguan suasana hati dimana seseorang menjadi murung, mudah lelah, dan hilang minat. Pada depresi berat dapat muncul ide bunuh diri.

Satgas sudah terus bekerja bersama masyarakat untuk melakukan pencegahan. Awalnya, karena belum adanya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan jiwa, warga enggan memeriksakan diri maupun keluarganya ke psikiater.

Namun seiring perkembangan kesadaran masyarakat, mereka mulai berani berkonsultasi. Bahkan, beberapa hari lalu, ada pasien yang berkonsultasi, sehingga upaya bunuh dirinya bisa dicegah.

"Awalnya dulu pasien saya sudah kronis, bekas dari konsultasi ke 'orang pintar' dan sebagainya, tetapi sekarang sudah mulai berani berkonsultasi. Rata-rata 20 orang perhari konsultasi," imbuhnya.

Ida mengatakan, untuk memudahkan masyarakat berkonsultasi, hari ini ada beberapa Puskesmas yang sudah menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas perhatian. Hal ini sangat membantu dalam upaya pemkab melakukan pencegahan bunuh diri.

"Misalnya di Puskesmas Paliyan dan beberapa Puskesmas lain sudah terasa geliatnya," ucapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com