Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Febri dan Taman Baca Golek Ilmu, Motivator Pewujud Mimpi dari Grobogan

Kompas.com - 10/07/2017, 08:28 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Dedikasi gadis asal Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, untuk dunia pendidikan patut diacungi jempol. Perjuangannya mengubah pola pikir warga di kampungnya, di Dusun Welahan, Desa Tambakselo, Kecamatan Wirosari membuahkan hasil.

Dulu, warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani ini minder untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, secara turun-temurun, warga tak mengharapkan anaknya lanjut kuliah. Mereka khawatir dengan tingginya biaya.

Namun kegigihan Febri Mustikawati (22), perlahan memotivasi warga. Kini orangtua mendorong putra-putrinya bersekolah tinggi. Ia mencontohkan pada anak-anaknya, bagaimana Febri berjuang. Dengan rajin membaca dan belajar, beasiswa diperoleh Febri. 

"Febri Mustikawati adalah sosok gadis yang telah mengubah dusun kami. Cara pikir kolot warga yang enggan menyekolahkan anak ke jenjang lebih tinggi, perlahan sirna. Tahun lalu, sudah mulai ada orangtua yang merestui anaknya kuliah. Anak sini lulus SMA saja sudah bagus," tutur Kepala Dusun Welahan, Zenuri kepada Kompas.com, Minggu (9/7/2017).

(Baca juga: Kisah Perahu Pustaka Jelajahi Pesisir Sulawesi agar Anak-anak Bisa Membaca)

Tika, sapaan akrab Febri Mustikawati terkenal gigih. Bukan hanya untuk dirinya tapi juga orang lain. Sejak SMA, ia rajin mengajak anak-anak hingga teman-temannya belajar bersama di rumahnya. 

Ketekunannya membawanya ke Universitas Semarang (UNNES). Ia memperoleh beasiswa S1 Akuntansi di kampus tersebut. Namun perjuangan tak berhenti disitu. Ia harus menumpang bus sejauh puluhan kilometer untuk bisa merasakan pendidikan. 

Untuk diketahui, Dusun Welahan berjarak sekitar 35 kilometer dari Kota Purwodadi. Aksesnya belum cukup memadai karena sebagian masih berupa tanah bebatuan. Namun ia jalani itu dengan suka cita.

Taman Baca Golek Ilmu

Di awal menjadi mahasiswi itulah, ia mewujudkan impiannya membangun taman bacaan bernama 'Taman Baca Golek Ilmu'.

Tika menyulap ruang tamu menjadi perpustakaan mini. Ada rak-rak buku ala kadarnya serta tikar sebagai alas ketika anak-anak belajar dan membaca.

Supaya sirkulasi udara berfungi baik, sejumlah jendela di ruangan itu dibuka lebar-lebar. Di ruangan berukuran 5 x 8 meter, berdinding papan kayu dan beralaskan semen itulah setiap harinya anak-anak Dusun Welahan berkumpul dan membaca.

"Saya berpikir, inilah saat yang tepat untuk mewujudkan taman baca impianku. Sisa uang beasiswa saya sisihkan untuk membeli buku anak-anak. Ada juga bantuan buku dari teman-teman kuliah. Awalnya Taman Baca Golek Ilmu hanya mengkoleksi 20 buku saja," tutur Tika yang sebentar lagi diwisuda dengan predikat cumlaude (IPK 3,83). 

(Baca juga: Cerita dari Komunitas Hikayat Tanah Hitu, Membaca agar Cerdas dan Bisa Hargai Perbedaan)

Gagasan Tika yang berupaya merealisasikan perpustakaan mini di ruang tamu rumah orangtuanya bukan perkara sepele. Dibutuhkan kesabaran ekstra, kemauan keras, serta keikhlasan.

Apalagi, Tika tidak tergolong orang berada. Tika bersama kakaknya hidup dalam keluarga dengan kondisi perekonomian pas-pasan. Bapaknya bekerja sebagai sopir dan ibunya menjadi ibu rumah tangga.

"Jika saya kaya, sudah ku bangun perpustakaan besar termasuk sekolah gratis," kata Tika.

 

 

Anak-anak Harus Cerdas

Berangkat dari rasa keprihatinan akan minimnya perhatian orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya, menstimulasi keinginan Tika untuk melahirkan Taman Baca.

Dukungan dari warga, rekan, serta keluarga semakin memperkuat tekad bulat gadis berhijab kelahiran 7 Februari 1995 itu.

"Saya tak ingin anak-anak hanya bermain-main saja di sawah. Itulah mereka selama ini. Mereka harus cerdas dengan gemar membaca. Saya gandeng dan saya dorong anak-anak untuk belajar," kata Tika.

Gaung Taman Baca Golek Ilmu sayup menggema. Cita-cita tulus Tika itu mulai mendapatkan perhatian serius, ketika Taman Baca Golek Ilmu menjadi salah satu pemenang Gramedia Reading Community Competition (GRCC) pada 2016.

(Baca juga: Komunitas Warung Baca Mata Air, Lahir dari Kegundahan....)

Taman Baca Golek Ilmu yang diprakarsai putri bungsu dari dua bersaudara pasangan Kasman dan Sri Sulistyowati itu telah menyisihkan 800 lebih peserta di Indonesia. Taman Baca Golek Ilmu mengantongi juara tiga utuk final GRCC Regional Jateng dan DIY.

"Alhamdulilah doa dari semuanya terus saja terwujud. Bapak, Ibu, serta kakak juga sangat mendukung," ucapnya.

Selain mendapat uang tunai, Tika memeroleh bantuan buku setiap bulan dari Gramedia selama satu tahun atas prestasinya di GRCC.

"Saat itu ada juga bantuan buku dari donatur. Sekarang koleksi buku sudah seribu lebih. Mulai dari bacaan anak-anak, pengetahuan dan sebagainya," tutur Tika.

Bapak Tika, Kasman mengaku bangga dengan pencapaian Tika. Keluarga mengamini hasrat mulia Tika mewujudkan taman baca meski harus mengorbankan ruang tamu di rumah sederhana berukuran 12 x 7 meter tersebut.

Dinding rumah mayoritas berupa papan kayu, sebagian beralaskan semen dan sebagian lagi beralaskan tanah liat.

"Kalau pas libur dalam sehari 50 anak-anak datang membaca. Umumnya sehari 20 anak-anak. Terkadang saya harus tidur di Mushola karena rumah terlalu ramai. Kami ikhlas karena sangat positif bagi warga. Tika memang pintar dan selalu mendapat ranking sejak SD," tutur Kasman yang juga Ketua Karang Taruna Dusun Welahan.

Febri Mustikawati (22), Penggagas Taman Baca Golek Ilmu saat ditemui di Dusun Welahan, Desa Tambakselo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Minggu (9/7/2017).KOMPAS.com/Puthut Dwi Putranto Febri Mustikawati (22), Penggagas Taman Baca Golek Ilmu saat ditemui di Dusun Welahan, Desa Tambakselo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Minggu (9/7/2017).

 

Rekan sekampus Tika, Selvi Ayu (23), warga Lampung menyampaikan, di kalangan teman-temannya di UNNES, Tika dikenal sebagai pribadi yang supel dan cerdas. Tika juga aktif di berbagai kegiatan dan organisasi kampus. 

"Tika itu peduli terhadap lingkungan sekitar. Kami mendukung sepenuhnya mewujudkan anak-anak di Dusun Welahan menjadi gemar membaca. Bahkan kami sering diajak ke rumahnya untuk sekadar bantu-bantu membimbing anak-anak," ucapnya.

Para tetangga Tika mendukung sepenuhnya keberadaan Taman Baca Golek Ilmu. Sejak saat itu secara bertahap anak-anak di Dusun Welahan mulai giat belajar dan membaca. Taman Baca Golek Ilmu bagaikan magnet yang menyedot antusias anak-anak supaya gemar membaca.

Apalagi Tika dikenal dekat dengan anak-anak. Subakti (52), tetangga Tika mengatakan, kini sangat mudah mencari anak-anaknya. Ia tinggal datang ke rumah Tika. 

"Mbak Tika itu ngemong (pandai momong anak-anak). Kalau tidak ada Mbak Tika, anak-anak juga rajin membaca di Taman Buku Golek Ilmu karena setiap hari buka. Kami senang anak-anak suka membaca, dulu biasanya cuma main di sawah," tutur Subakri.

(Baca juga: Dari Bekasi, Pegiat Literasi Membangun Mimpi...)

Seperti halnya anak-anak lain, Aditya Juliansah (10) kini lebih memilih menghabiskan waktu sepulang sekolah dengan membaca di Taman Baca Golek Ilmu.

"Bacaannya banyak. Bikin betah. Dulu tak ada akses membaca jadi kami memilih bermain di sawah. Kami ingin seperti Mbak Tika," kata Siswa SDN IV Wirosari ini.

Public Relation Gramedia, Azas Rifai mengatakan, Taman Baca Golek Ilmu adalah satu di antara pemenang Gramedia Reading Community Competition (GRCC). Taman Baca Golek Ilmu yang diprakarsai Tika berhasil menarik simpati dewan juri.

Pertimbangannya, sebagai pelopor literasi, Taman Baca Golek Ilmu yang didirikan pada 2013 itu terus bertahan di tengah gempuran keterbatasannya. Konsistensi kegiatan Taman Baca Golek Ilmu serta manfaat bagi warga sekitar patut diteladani.

Meski dari keluarga yang pas-pasan, semangat Tika sebagai pejuang pendidikan patut mendapatkan apresiasi. Anak seorang sopir itu berupaya keras mewujudkan Taman Baca Golek Ilmu.

Sedikit demi sedikit buku dikumpulkan dari saku pribadi maupun donasi hingga memenuhi rak buku. Dahulu hanya puluhan buku sekarang mencapai ribuan buku. 

Taman Baca Golek Ilmu, sambung dia, berperan penting untuk mencerdaskan warga dan mendorong anak-anak gemar membaca.

"Lihat saja Taman Baca Golek Ilmu, keluarga ini mengikhlaskan sebagian rumahnya sebagai taman baca. Perjuangannya bikin merinding meski di lokasi terpencil. Kondisi ekonomi pas-pasan saja perjuangannya seperti itu, kenapa yang kaya tidak mencontohnya," ungkapnya.

Berkat Tika pula, kini desa di kampungnya berencana akan membangun perpustakaan di Madrasah Diniyah setempat. Dengan perpustakaan ini, sebanyak 150 anak di dusun tersebut lebih giat belajar. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com