Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Korban Kecelakaan Helikopter Menangis Sambil Peluk Foto dan Peti Jenazah Anaknya

Kompas.com - 03/07/2017, 16:38 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SALATIGA, KOMPAS.com - Pecah tangis keluarga saat peti jenazah Nyoto Purwanto (36), anggota Basarnas yang menjadi salah satu korban kecelakaan helikopter Basarnas di Temanggung tiba di rumah duka di Dusun Promasan, RT 01 RW 02, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Senin (3/7/2017) pukul 11.45 WIB.

Orangtua kandung korban, Sutarji dan Kusmi yang datang dari Blora sejak pagi, terlihat paling shock melihat peti jenazah putranya dibawa masuk ke rumah duka. Mereka tak kuasa menahan tangis sambil mengucap kalimat istighfar.

"Astaghfirullahal adzim," kata Kusmi berkali-kali.

Baca juga: Sosok Maulana Affandi, Anak yang Penurut, Humas Basarnas yang Murah Hati

Ibunda korban berkali-kali memeluk dan menciumi foto anaknya sambil menangis. Tangisan wanita berbaju dan berkerudung hitam tersebut begitu keras hingga beberapa kali ditenangkan oleh adik kandung korban.

Sementara ayah korban berusaha memeluk peti jenazah yang sudah dibungkus bendera merah putih tersebut.

Korban adalah putra daerah Blora, Jawa Tengah. Namun sejak bergabung di Basarnas, ia bersama keluarganya tinggal di Perum Beringin Lestari Ngaliyan, Semarang. Pihak keluarga telah menyepakati pemakaman anggota tim penyemalat tersebut di kampung halaman istrinya di Salatiga.

Sebelum dimakamkan, jenazah Nyoto dishalatkan di mushala yang terletak sekitar 50 meter di samping rumah duka. Selanjunta ratusan pelayat mengantarkan Nyoto ke peristirahatan terakhir di pemakaman desa setempat yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah duka.

Menurut bapak mertua korban, Budiyono, kabar mengenai kecelakaan helikopter Basarnas tersebut dia ketahui dari pemberitaan di televisi. Namun dirinya tidak menyangka bahwa salah satu korbannya adalah menantunya.

"Tahu informasi dari TV jam lima sore, sempat kaget. Tapi waktu itu saya belum memastikan kalau dia katut (ikut jadi korban," kata Budiyono.

Budiyono mengenang korban sebagai pribadi yang punya dedikasi tinggi terhadap profesinya. Terbukti saat lebaran kemarin korban sempat pulang sehari pada hari kedua Lebaran. Namun keesokannya, Nyoto harus kembali ke Pos Pam Basarnas di Gringsing untuk pengamanan Lebaran.

"Tidak ada firasat apa-apa, lha ini lebaran cuma dapat satu hari tok. Habis pulang sini, terus berangkat lagi pagi-pagi benar langsung patroli ke Brebes Gringsing," ujarnya.

Tak hanya keluarga, rekan sejawat korban juga merasa sangat kehilangan. Wahyu, salah seorang anggota Basarnas mangungkapkan bahwa korban adalah pribadi yang supel dalam bergaul, namun dalam pekerjaan selalu serius.

"Beliau adalah kawan yang baik, suka bercanda. Tapi kalau pekerjaan dia serius," kata Wahyu.

Nyoto Purwanto lahir di Blora pada 23 Oktober 1981 dengan jabatan terakhir di Basarnas Jawa Tengah sebagai rescuer terampil. Riwayat pendidikan Nyoto adalah diploma tiga Ketatalaksanaan Pelabuhan.

Baca juga: Status BBM Terakhir Affandi Sebelum Helikopter Basarnas Jatuh di Temanggung

Ia bergabung di Basarnas sejak 1 April 2006 atau 11 tahun masa kerja dengan pangkat awal Pengatur Muda (II/A) dan pangkat terakhir Pengatur Tingkat Satu (II/D).

Nyoto meninggalkan seorang istri, Isti Astuti dan seorang anak bernama Rifky Pradana S yang masih berusia enam tahun.

Kompas TV Kotak rekaman data penerbangan dan percakapan heli basarnas yang jatuh telah berhasil diamankan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com